REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Air yang terkontaminasi bakteri dan virus berbahaya mengancam kesehatan dan kehidupan makhluk hidup. Penyakit terkait air jadi titik kritis kesehatan dunia saat ini.
Tak ayal, para ilmuwan dan pemerintah amat memer ha tikan proses sterilisasi air. Dari catatan sejarah yang ada, oran—orang dahulu ternyata sudah punya perhatian terhadap kebersihan air. Mekanisme sterilisasi air yang mereka kembangkan bahkan bisa jadi pi jakan teknologi sterilisasi air masa kini, dari air baku menjadi air laik konsumsi.
Karena pentingnya air bagi keberlangsungan hidup, terutama manusia, para ilmuwan berupaya melakukan pemutakhiran teknik sterilisasi air. Ada sejumlah ilmuwan yang punya perhatian dalam bidang ini. Tak terkecuali ilmuwan Muslim.
Dahulu, mekanisme pengukuran kelayakan air dilakukan sebatas yang tampak seperti rasa, warna, bau, dan suhu. Karena itu, sterilisasi air yang dilakukan pun sebatas untuk mencapai standar-standar fisik itu yakni air tanpa rasa, tidak berwarna, tidak berbau, dan bersuhu sedang.
Bangsa Yunani kuno menggunakan cawan sparta untuk mengetahui kualitas air minum. Karena cawan ini berwarna-warni, kotoran dalam air jadi tersamar dan peminumnya tidak bisa membedakan air bersih dan kotor.
Setelah itu, bangsa Yunani menyadari, tidak ada gunanya mengelabui diri sendiri dengan membiarkan air kotor terus dikonsumsi. Maka mereka mulai mencari cara agar kualitas air mi num jadi lebih baik. Misalnya, menambahkan batu karang yang ditumbuk dan sejumput daun barley serta daun salam untuk mem per baiki kualitas air.
Di India, dokter kerajaan menyarankan agar para raja minum dari cawan transparan. Selain membantu melihat kebersihan air, cawan bening juga memudahkan mendeteksi ada nya racun dalam minuman.
Pada era awal peradaban Islam, Rasulullah SAW menaruh perhatian juga soal air dan kesehatan. Rasulullah misalnya, melarang umat Islam buang air kecil dan besar dekat sumber air. Rasulullah juga membuat pembatas di mata air dan sumur. Dengan begitu, kontaminasi dari pekerjaan bertani atau pembangunan terhadap sumber air bisa dicegah.
Itu semua terbilang teknik yang amat sederhana meski tujuannya sama, menjaga kua litas air. Sayangnya, metode zaman dulu belum sampai pada pembersihan air dari patogen.