REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkuasa lebih dari enam abad, Turki Ottoman menjadi kekuatan besar yang diperhitungkan dalam sejarah. Kekuasaannya meliputi sebagian Asia, Afrika, dan Eropa. Puncak kejayaan Ottoman berlangsung pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566). Setelah itu, semakin lemah karena pemberontakan internal dan kalah perang melawan Bangsa Eropa.
Pada masa kekuasaan Kerajaan Usmani, terjadi perluasan wilayah Islam hingga ke daratan Eropa. Bursa, kota di tepi Laut Marmara, dapat dikuasai oleh Utsman dan anaknya Orkhan pada 1324. Penduduk kota itu berduyun-duyun masuk agama Islam, Orkhan sebagai pengganti Utsman memindahkan ibu kota ke Bursa pada 1326 setelah Utsman meninggal.
Pada masa Orkhan, wilayah Ottoman bertambah lagi dengan masuknya wilayah Turkeman ke pangkuannya. Ia menundukkan Kota Nicaea (Iznik) pada 1331 dan Nicomedia (Izmit) 1337. Orkhan dapat mendundukan Karasi pada 1345 dan mengontrol wilayah antara teluk Edremit dan Cyzicus yang dapat mencapai laut Marmara.
Sulaiman Putra Orkhan berhasil menaklukan daratan Semenanjung Balkan. Pada 1361 atau pada masa Murad I, Adrianopel di daratan Eropa ditaklukan lalu namanya diganti menjadi Edirne. Ia juga dapat menguasai Philppolis (Filibe), Macedonia (1387), Bulgaria Tengah, termasuk Monatsir (1382), Sofia (1385), dan Nish (1386).
Periode ekspansi Turki Usmani ke wilayah Balkan dan Eropa Tengah sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16. Pada periode ini, umat Islam meyebar ke Bulgaria, Yugoslavia, Rumania, dan Yunani.
Ekspansi Ottoman di Eropa berakhir dengan kekalahan mereka dalam Perang Turki yang besar. Dalam Perjanjian Karlowitz (1699), Kekaisaran Ottoman kehilangan sebagian besar penaklukan di Eropa Tengah.
Menurut /Avalanche Press, selama berabad-abad kekaisaran Ottoman secara bertahap kehilangan hampir semua wilayah Eropa, sampai keruntuhannya pada 1922.