Selasa 26 Sep 2017 16:15 WIB

Jejak Sang Pencerah dari Barawa

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Sudut kota Barawa
Sudut kota Barawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dialah Syekh Abdul al-Aziz al- Amawi. Cendekiawan Muslim asal Barawa ini dikenal sebagai sosok serbabisa. Ia menguasai dengan sangat baik sejumlah bidang ilmu, mulai dari teologi, hukum, tasawuf, tata bahasa, hingga sejarah. Bahkan, ia juga menyusun sebuah kamus bahasa Swahili-Arab meski belum sempat terselesaikan.

Al-Amawi dilahirkan di Barawa, kota tempat ia menuntut ilmu di bawah didikan ulama-ulama ternama, seperti Sayyid Abu Bakar al-Mihdar al- Hadrami, Haji Ali bin Abdul Rahman, dan cendekiawan Afrika Utara, Sayyid Ahmad al-Maghribi.

Dalam upaya menuntut ilmu, al- Amawi di usia remaja meninggalkan Barawa dan pergi ke Zanzibar. Di sana, ia berguru kepada Muhyi al-Din al- Qahtani, kepala hakim Syafi'i Zanzibar. Al-Qahtani kemudian memperke nalkan al-Amawi ke Sultan Zanzibar Sayyid Sa'id bin Sultan.

Karena kecemerlangannya dalam bidang ilmu hukum, al-Amawi diangkat oleh Sultan Zanzibar menjadi qadi (hakim) di Kilwa pada 1854. Kala itu usianya baru 16 tahun. Namun, pada 1891 ia dikirim kembali ke Zanzibar dan posisinya sebagai hakim pun digantikan oleh anaknya, Burhan.

Tak lagi menjadi hakim, al-Amawi mulai menulis tentang teologi, hukum, tasawuf, tata bahasa, sejarah, juga menyusun kamus. Ia juga pernah dipercaya untuk menduduki beberapa jabatan, seperti penasihat politik, duta besar, dan diplomat di Somalia, Pulau Komoro, dan berbagai tempat lainnya di daratan Afrika. Al- Amawi menduduki jabatan-jabatan penting tersebut ketika Zanzibar dipimpin oleh Sultan Sayyid Majid dan Sayyid Bargash.

Sejarawan Abdallah Salih Farsy pernah menulis, al-Amawi menjadi perdana menteri selama pemerin tahan Sayyid Khalifa. Sayangnya, sejumlah tulisan Farsy tentang al- Amawi hilang. Namun, salinan dari beberapa tulisannya masih bisa ditemukan di Arsip Nasional Zanzibar dan Perpustakaan Sayyid Muhammad Al Bu Sa'idi di Oman.

Farsy juga mengatakan, dari semua ulama dan cendekiawan asal Barawa, al-Amawi tercatat sebagai yang paling terampil berargumen ketika berdebat dengan misionaris Kristen. Ia juga dikenal sebagai sosok yang suka menolong meski yang ditolong adalah penganut agama lain. Sejarah mencatat, ia pernah membantu Uskup Edward Steere dalam menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Swahili.

Al-Amawi juga dikenal memiliki pemikiran yang terbuka terhadap perbedaan. Hal itu diketahui dari tulisan Uskup Steere yang menyatakan bahwa al-Amawi selalu hadir dalam acara-acara pertemuan lokal antara para pemuka Kristen dan Islam.

Sejarawan lainnya, Randall Pouwels, juga menulis tentang kiprah al-Amawi. Menurutnya, al-Amawi adalah seorang tokoh sufi. Ia dinilai berhasil membuat pemeluk Islam beraliran Ibadi (aliran yang dianut penguasa Zanzibar) menjadi Muslim Suni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement