Senin 18 Sep 2017 17:40 WIB

LAZ Perlu Unggulkan Program Ketimbang Popularitas

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Bambang Sudibyo (kiri) bersama Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo (kanan) menyerahkan penghargaan kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi (kedua kanan), Wakil Gubernur Banten Hazrumy (ketiga kanan) dalam Baznas Award 2017 di Jakarta (Ilustrasi)
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Bambang Sudibyo (kiri) bersama Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo (kanan) menyerahkan penghargaan kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi (kedua kanan), Wakil Gubernur Banten Hazrumy (ketiga kanan) dalam Baznas Award 2017 di Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Amil Zakat (LAZ)  perlu lebih mengunggulkan program pemberdayaan mustahik dan transparansi ketimbang popularitas. Sebab, popularitas hanya pembuka jalan awal bagi muzakki.

Peneliti Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI Yusuf Wibisono menjelaskan, dalam konteks penghimpunan dana zakat, kompetisi antar LAZ merupakan hal positif, sehingga masyarakat punya pilihan kemana mereka akan berzakat. "Ini menumbuhkan atensi masyarakat untuk berzakat lebih tinggi," katanya, Senin (18/9).

Dikatakan Yusuf, sistem pembayaran zakat Indonesia bersifat sukarela. Sehingga, kredibilitas LAZ menjadi penting dan semakin meningkatkan kepatuhan zakat para muzakki.

Di sisi lain, ada indikasi LAZ saling bersaing dalam hal kepopuleran. Hal ini tidak sepenuhnya salah, meski tidak sepenuhnya bisa dibenarkan pula.

''Persaingan LAZ harusnya pada inovasi program pemberdayaan dan keberlanjutannya mustahik, tepat sasaran, transparansi, kompetensi, dan kemudahan akses bagi muzakki,'' ungkap Yusuf.

Dia menilai salah jika LAZ berlomba banyak beriklan. Iklan, kata dia, boleh selama dalam batas yang wajar. Namun, akan lebih bagus bila LAZ justru mendapat pengakuan pihak ke tiga atau meraih penghargaan dari media, bukan iklan. "Adu kuat iklan LAZ berlebihan. 'Masuk televisi akan bagus kalau berprestasi,'' kata Yusuf.

Menurut Yusuf, popularitas adalah pintu awal memberi muzakki jalan, pemantik saja. Tapi, kalau setelah itu pengalaman muzakki tidak sesuai ekspektasi, mereka akan pindah juga.

Iklan tidak banyak menahan muzakki tetap terkoneksi pada LAZ yang sama. Fungsi iklan LAZ pun sebenarnya sebagai pengingat untuk berzakat. Sementara yang membuat donatur bertahan adalah persepsi positif terhadap LAZ.

Dalam sebuah penganugerahan, pasti ada pihak yang muncul dan tidak. Untuk zakat, baiknya penghargaan memang spesifik dengan kategori spesifik, tidak dicampur. Sebab bila dicampur, yang muncul hanya lembaga besar saja.

Misalnya, penghargaan untuk lembaga zakat terbaik di tiap pulau di Indonesia atau lembaga zakat terbaik dalam program pendidikan. Selain bagus untuk LAZ, hal itu juga mengedukasi dan memberi informasi cukup memadai bagi muzakki dengan preferensi tertentu. Baznas Award, menurut Yusuf, cukup bagus dan spesifik menyinggung peran amil zakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement