REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo masih meminta masukan sejumlah pihak untuk proyek perencanaan fisik pembangunan Masjid Raya Solo. Masjid tersebut rencananya akan dibangun di kawasan Sriwedari.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Solo Endah Sitaresmi mengatakan, pihaknya telah meminta masukan mulai dari akademisi, tokoh agama, hingga budayawan untuk perencanaan fisik bangunan masjid raya.
Kendati beberapa waktu lalu, Pemkot Solo telah menggelar sayembara desain masjid raya, namun, kata dia, desain-desain tersebut tak menjadi acuan utama. Tak menutup kemungkinan, ada desain lain hasil kombinasi dan pertimbangan dari berbagai pihak.
''Karena desain yang sayembara itu kan baru sketsa awalnya saja, belum detail, sekarang kami ingin libatkan semua juga termasuk dewan masjid Indonesia untuk menyusun ini (proyek perencanaan fisik)," kata Enda, Rabu (13/9).
Endah menjelaskan, dalam perencanaan pembangunan masjid raya, Pemerintah Kota Solo mempertimbangkan lahan terbuka hijau. Bahkan, kata dia, area ruang terbuka hijau diperluas untuk mendukung konsep green design.
Sementara itu, Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia Munichy Baxhron menilai terdapat sejumlah hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam pembangunan Masjid raya Solo. Di antaranya, yakni konsep bangunan masjid yang tak hanya digunakan sebagai sarana ibadah, namun juga bisa digunakan untuk aktifitas masyarakat.
Di lain sisi, menurut Munichy, Pemkot Solo juga perlu memperhatikan sisi keselamatan pengunjung yang datang ke area masjid. "Masjid juga harus mempunyai estetika dan arsitektur yang jelas karena lokasi masjid ini kan ada di kawasan cagar budaya," jelasnya.