REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah menugaskan Habib bin Zaid untuk membawa surat yang berisikan pesan khusus untuk Musailimah. Habib langsung menempuh perjalanan menuju dataran tinggi Najd, wilayah Bani Hanilab. Ketika tiba di sana, Musailimah terkejut mengetahui ada utusan Muhammad yang berani menemuinya.
Ketika berjalan hendak menyampaikan surat Rasulullah, Habib langsung ditangkap. Dia dirantai dan dibawa ke hadapan petinggi Bani Hanilab yang dipimpin Musailimah. Habib berdiri di tengah pertemuan yang penuh sesak.
Musailimah berpaling kepadanya dan bertanya, "Apa kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan?" "Ya, saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan," kata Habib.
Musailimah tampak sangat marah.
Kemudian bertanya dengan suara lantang, "Apakah Anda bersaksi bahwa saya adalah utusan Tuhan?" Habib menjawab, "Telingaku sudah tertutup untuk mendengar pernyataan Anda.
Mendengar jawaban itu, Musailimah seketika itu juga murka. Dia memerintahkan algojo menyiksa Habib dengan kejam. Setelah siksaan pertama, Musailimah kembali bertanya apakah Habib mengakui kenabian pemimpin Bani Hanilab. Lagi-lagi Habib menjawab hanya mengakui Muhammad sebagai utus an Allah.
Siksaan terus berlanjut. Ketika sakra tulmaut datang, dalam kepedihan yang tak tertahankan, Habib tetap mem pertahankan syahadatnya, sehingga dia syahid sebagai Muslim. Dia tetap mempertahankan keislamannya hingga tetes darah terakhir, hingga ujung kehidupannya.
Sungguh berita kematian Habib yang gugur karena mempertahankan Islam menjadi tamparan bagi Musailimah. Berita itu pun tersebar luas hingga sampai ke telinga Ummu Ammarah.
Sang ibu tak kuasa menahan tetes air mata yang sedih mengetahui putra kesayangannya tewas karena dibunuh dengan keji oleh Musailimah.
Dalam kesedihan itu, Ummu Ammarah sempat bersyukur karena Habib mati syahid mempertahankan ke imanan nya. Dalam tekanan yang paling menya kitkan, Habib tetap tak mau melepas kan keimanannya. Syahadat tetap me lekat di hatinya. Tauhid tetap tertanam dalam pemikirannya.
Tak lama kemudian Rasulullah tutup usia. Kepemimpinan beralih kepada khalifah Abu Bakar Shiddiq yang dikenal sebagai sosok yang memerangi nabi palsu Musailimah. Sang khalifah mengerahkan pasukan, termasuk di dalamnya Ummu Ammarah dan anaknya Abdullah bin Zaid untuk memerangi Musailimah.
Dalam Pertempuran Yamamah, Ummu Ammarah terlihat memotong barisan pejuang. Dia berteriak lantang, "Di manakah musuh Allah? Tunjukkan pada saya musuh Allah." Dia kemudian sampai ke Musailamah yang sudah tewas terbunuh. Dia menatap tubuh penipu yang sia-sia itu. Ancaman serius bagi umat Islam ketika itu telah hilang.