Senin 11 Sep 2017 14:42 WIB

Mencintai Rohingya

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Rohingya
Foto: AsiaNews
Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdul Alim tampak lelah. Dia berjalan hingga seratus kilometer dari Sittwe untuk menuju Bangladesh. Warga Rohingya ini berjalan kaki bersama 1.500 pengungsi lainnya untuk menyelamatkan jiwa mereka.

Dilansir dari Dhaka Tribune, Abdul Alim terlihat melewati Bichari, wilayah pinggiran di Bandarban. Daerah ini disebut paling dekat dengan perbatasan di Myanmar. Tidak seperti pengungsi lainnya, Abdul Alim harus berjalan bersusah payah. Dia harus menggendong ibunya tepat di punggung.

"Kami telah berjalan selama empat hari. Dan ibu saya terlalu tua untuk berjalan sejauh itu. Karena itu, saya terpaksa menggendong nya."

Selama di perjalanan, ia mengaku, para pengungsi tidak makan atau minum sela yak nya. Beberapa hari belakangan, mereka juga kehabisan bahan makanan. Meski begitu, ia bahagia masih hidup.

"Setidak nya kami tak mati," ujar dia.

Abdul Alim dan warga Rohingya lainnya merupakan kaum yang terusir. Mereka ditembaki, diperkosa, hingga dibakar. Tidak ada lagi beda antara sipil dan militan. Mana orang tua, anak-anak, dan perempuan.

Muslim Rohingya kerap menjadi korban kekerasan dari pemerintah negara itu sejak berpuluh tahun silam. Tak sekadar ditindas, Rohingya tidak diakui sebagai salah satu suku bangsa Rohingya. Malangnya, Bangladesh juga enggan menerima mereka. Para pengungsi itu pun berjalan dalam kesendirian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement