REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Dagestan adalah sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim yang terletak di utara Kaukasus. Negeri tersebut kini menjadi bagian dari Federasi Rusia. Menurut survei resmi 2012, sebanyak 83 persen dari total penduduk Dagestan adalah pemeluk Islam.
Nama Dagestan memiliki dua akar kata, yaitu dag (yang dalam bahasa Turki bermakna 'gunung') dan stan (sufiks dalam bahasa Persia yang berarti 'tanah'). Dengan begitu, toponimi Dagestan dimaknai sebagai 'tanah pegunungan'.
Secara geografis, Republik Dagestan berbatasan dengan Chechnya dan Georgia di barat, Azerbaijan di selatan, serta Laut Kaspia di sisi timur. Meski luas wilayahnya relatif kecil, yakni hanya 50 ribu km persegi, Dagestan menjadi terkenal lantaran keragaman etnisnya. Bahkan, menurut laporan BBC, terdapat lebih dari 30 bahasa yang dipertuturkan oleh penduduk republik tersebut.
Suku Avar merupakan kelompok etnis terbesar di Dagestan. Jumlah mereka diperkirakan mencapai seperlima dari total penduduk negeri itu. Selain itu, ada juga suku Dargin, Kumyk, Lezgin, Lak, Tabasaran, Chechen, dan Nogai. “Sementara, sisanya sekira 10 persen lagi adalah etnis Rusia,” ungkap laman BBC dalam laporannya, “Dagestan Profile – Overview”.
Selama berabad-abad, masyarakat Muslim Dagestan didominasi oleh golongan Sunni dengan mazhab Syafi'i. Sementara, di wilayah Pantai Kaspia, khususnya di Kota Derbent dan sekitarnya, terdapat penganut Syiah dalam jumlah yang cukup signifikan.
Selain itu, ada pula beberapa kelompok tarekat (sufisme) yang telah mengakar dalam tradisi-tradisi lokal di Dagestan sejak abad ke-14. Dua di antaranya adalah kelompok tarekat Naqsyabandiyah dan Qadiriyah yang umumnya menyebar di Kaukasus Utara.