REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pragawati, Aliza Kim, selalu menampakkan senyuman dan berusaha menunjukkan dirinya bahagia kepada masyarakat sekitar. Ketika bertatap muka dengan kolega, wanita muda ini tak pernah menunjukkan kemurungan. Dia ingin teman-teman selalu senang ketika bertemu dengannya.
Tapi, senyum dan kebahagiaan Aliza ternyata adalah bentuk kepura- puraan. Senyuman yang selalu ditampakkannya adalah selimut untuk menutupi kegelisahannya tentang bagaimana meraih ketenangan jiwa bersama Sang Ilahi.
Ketenangan itu adalah dambaan yang sudah lama dicari sepanjang perjalanan hidupnya sejak beranjak dewasa. Kemampuan intelektual sudah dimiliki dengan keberhasilan lulus di Boston College bidang ekonomi dan sosiologi. Sedangkan, gelar masternya dia tempuh di Universitas Denver bidang bisnis internasional.
Banyak orang yang mengenalnya sebagai pribadi yang luar biasa dengan perjalanan kariernya. Tetapi, dia merasa tidak berbeda dengan orang lain. Kariernya sudah cukup dikenal luas sebagai pragawati berbagai busana. Keindahan tubuhnya membuat pakaian apa pun menjadi indah terlihat, sehingga banyak wanita ber keinginan memakai busana tersebut. Tapi, berbagai keberhasilan yang diraih tak juga menghasilkan ketenangan batin.
"Saya sempat mengalami depresi karena kondisi yang saya alami selama bertahun-tahun. Ketika saya berpikir akan pulih, justru keputusan yang diambil adalah yang lebih buruk dan kembali jatuh,"jelas dia dalam sebuah video di Youtube.
Aliza merasa menyesal, hidupnya ketika itu terasa begitu asing. Dia merasa seperti bukan dirinya. Kekosongan dalam dirinya semakin dalam. Dia terjebak dalam citra seksi dan teman-teman hedonistis yang tidak menjadikannya lebih baik sedi kit pun. Mereka kerap menghadiri pesta dengan berbusana yang menampilkan lekuk tubuh.
Wanita muda itu sangat membenci dirinya sendiri. Dia kerap mempertanyakan, mengapa hidup seperti itu yang dijalani, apakah ada kehidupan yang lebih memberikan ketenangan batin dan keakraban dengan Sang Pencipta.