REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Indonesia baru saja memperingati ulang tahun kemerdekaan yang ke-72 pada 17 Agustus 2017. Namun, benarkah seluruh bangsa Indonesia sudah merdeka. Lebih khusus lagi, benarkah semua umat Islam Indonesia sudah merdeka?
Menurut Ustaz Muhajir Affandi, masih banyak orang Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia yang sampai saat ini belum merdeka. “Di antara ciri orang yang merdeka itu adalah bebas dari tekanan utang dan intimidasi sesama manusia,” kata Muhajir saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/8).
Muhajir lalu mengutip sebuah hadis Rasulullah SAW. Suatu pagi jelang siang, Rasulullah SAW datang ke masjid. Ia menjumpai salah seorang sahabat yang tampak termenung dan pada jam seperti itu masih ada di masjid. Saat ditanya mengapa, sahabat itu mengatakan, ia risau karena terlilit utang.
Rasulullah berkata, “Maukah engkau aku ajarkan doa agar terbebas dari utang?” Sahabat itu tentu saja sangat senang. “Inilah doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk dibaca setiap pagi dan petang, agar hidup merdeka. Termasuk merdeka dari lilitan utang dan tekanan sesama manusia,” kata dosen Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor itu.
Doa tersebut adalah: “Ya Allah, aku berlindung kepada engkau dari ragu-ragu dan sedih hati, dari lemah dan malas, dari sifat pengecut dan malas, dan dari lilitan utang dan tekanan sesama manusia.”
“Kedelapan sifat atau hal tadi merupakan penghalang kemerdekaan hidup. Karena itulah Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk setiap hari berdoa kepada Allah, mohon perlindungan agar terbebas dari delapan penghalang kemerdekaan tersebut,” tutur Muhajir.
Melalui hadis tersebut, kata Muhajir, kaum Muslimin diingatkan oleh Rasulullah untuk memerangi sifat-sifat buruk tersebut. “Pangkal segala persoalan hidup adalah ragu-ragu dan duka cita. Demikian pula lemah dan malas membuat kita tidak merdeka. Sifat pelit dan pengecut pun membuat kita tidak merdeka. Dan beban utang serta tekanan sesama manusia sangat mengganggu kemerdekaan kita," papar wakil dekan FKIP UIKA Bogor itu.
Muhajir menegaskan, puncak kemerdekaan bagi seorang Muslim adalah ketika dia selalu menjaga hablumminallah (ibadahnya) dan hablumminannas (menjaga hubungan baik dengan sesama manusia). “”Puncak kemerdekaan adalah setelah kita beribadah kepada Allah, tangan kita ringan membantu orang-orang yang membutuhkan atau rajin sedekah,” ujarnya.
Ia menambahkan, salah satu ciri orang yang merdeka adalah selalu melakukan spiritual fitness. “Yakni, endapkan ego, dan biarkan Allah yang menguasai diri kita. Inilah merdeka,” tutur Muhajir Affandi.