REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qurban Masuk Desa merupakan program Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) pada Idul Adha 1438 H. Program ini tidak lepas dari kondisi masyarakat desa yang belum semua dapat menikmati daging saat Idul Adha.
Bahkan masih ada desa-desa di negeri ini yang sejak Indonesia merdeka belum merasakan ukhuwah Islamiyah karena memang belum pernah menjadi tempat sasaran distribusi daging qurban.
"Oleh karena itu, BMH yang memiliki pelayanan utama di bidang dakwah dan pendidikan serta pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil di pedalaman, tahun ini mengangkat Program Qurban Masuk Desa. Kami memasilitasi kaum Muslimin untuk peduli dan konkret ikut serta membahagiakan mereka yang tidak mudah dijangkau di desa-desa di 30 provinsi di Indonesia," ujar Direktur Komunikasi dan Penghimpunan BMH Pusat Rama Wijaya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/8).
Melalui Qurban Masuk Desa, Rama menambahkan, momentum Idul Adha diharapkan dapat memberikan solusi problematika tentang gizi buruk dan rawan pangan masyarakat desa. Pada saat yang sama juga menghidupkan semangat persaudaraan secara lebih hidup antarsesama kaum Muslimin.
"Dengan jaringan yang telah ada di seluruh pelosok Nusantara, mulai dari Kantor Perwakilan, guru dan dai tangguh, BMH siap menjadi mitra terbaik Anda dalam membahagiakan warga desa di seluruh Indonesia," tegas Rama Wijaya.
"Melalui Qurban Masuk Desa kita dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan geliat pembangunan secara berkelanjutan sebagaimana termaktub dalam Sustainable Development Goals (SDG) dan pemberdayaan masyarakat miskin yang berada di daerah 3T yakni, daerah Terdepan, Terdalam, dan Terpencil di NKRI ini," imbuh Rama.
Ia mengemukakan, Qurban Masuk Desa merupakan satu jawaban konkret untuk masyarakat desa. Mereka tidak saja menjadi objek penerima manfaat dengan hanya menyembelih dan membagikan daging qurban. “Akan tetapi, mereka juga berinteraksi dengan dai tangguh BMH, sehingga proses pembinaan secara berkelanjutan sangat mungkin untuk diwujudkan,” tutur Rama Wijaya.