REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap anak Adam pasti akan menemui ajalnya. Jika meninggal maka ia akan hidup sementara di alam barzakh. Di alam tersebut, ia akan menunggu hingga hari kiamat datang. Kehidupan barzakh adalah pintu gerbang menuju akhirat.
Di alam ini, manusia akan menerima balasan atas amal yang dilakukannya selama di dunia. Bila buruk akan mendapatkan siksa, demikian sebaliknya. Kebaikan yang dijalani sepanjang hayatnya kelak berbuah manis di barzakh.
Keyakinan akan siksa dan nikmat kubur serta keberadaan alam barzah merupakan bagian akidah utama dalam Islam yang harus diimani. Terlebih, banyak terdapat teks, baik Alquran, hadis, maupun riwayat salaf yang menjadi dasar keniscayaan perkara tersebut.
Topik inilah yang hendak dipaparkan al-Baihaqi dalam kitabnya yang berjudul Itsbat 'Adzab al-Qabr wa Sual al-Malakain. Melalui karya yang naskah manuskripnya diperoleh di Perpustakaan Ahmad III Turki itu, al-Baihaqi hendak membeberkan argumentasi tentang siksa kubur dan hal yang berkenaan dengannya.
Nuansa penulisan yang terbaca di karya tulis tokoh yang bernama lengkap Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Musa al-Khasrujaradi al-Baihaqi as- Syafi'i ini kental dengan konsep yang kerap dipakai dalam kajian hadis, yaitu pola periwayatan.
Tak heran, penikmat kitab ini akan disuguhi rentetan sanad di tiap hadis ataupun atsar yang dikutip. Menunjukkan vali ditas memang, tetapi pada saat bersamaan, gaya seperti ini membuat kitab kurang praktis dibaca. Untungnya, kondisi ini diperingan dengan klasifikasi kitab ke dalam bab-bab yang berjumlah 31 konsideran.
Catatan pertama yang dikemukakan oleh sosok kelahiran Khusraugird dekat Desa Bayhaq, Nisaphur, pada Sya'ban 384 H itu adalah kemudahan bagi orang yang beriman saat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat, Munkar dan Nakir.
Penegasan itu termaktub dalam ayat, Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS Ibrahim [14]:27).
Peneguhan iman yang dimaksud dalam ayat tersebut juga berlaku kelak di akhirat. Faktor apakah yang dapat meneguhkan keimanan seseorang itu?
Salah satunya ialah kesaksian atau syahadat. Menurut hadis riwayat al-Barra' bin 'Azib, Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa seorang Mukmin adalah mereka yang ketika berada dalam kuburnya mampu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan berikrar sebagai pengikut Muhammad SAW.
Riwayat lain dari Abdullah bin Mas'ud mengatakan, orang-orang yang beriman, sebagaimana disebutkan ayat di atas, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat tentang siapakah Tuhan yang ia sembah, agama yang ia peluk, dan siapakah nabi yang ia taati. Soal-soal itu pun dengan mudah dijawab. Allahlah Tu hannya, Islam agamanya, dan Muhammad nabinya. Lalu, kuburnya dilapangkan hingga ia beristirahat dengan tenang.