REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara umum, umat Islam mengenal enam rukun iman. Hal ini juga diakui oleh Syekh Nawawi al-Bantani. Namun demikian, tulis Syekh Nawawi dalam kitab Qami' al-Thughyan ini, iman itu sebenarnya memiliki 77 cabang.
Dan, setiap cabangnya merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap Muslim yang mengaku beriman kepada Allah SWT. Ke-77 cabang iman atau pekerjaan itu, apabila dilakukan seluruhnya, sempurnalah iman seseorang. Sebaliknya, apabila ada yang ditinggalkan, berarti berkurang ketebalan imannya.
Jumlah cabang iman yang mencapai 77 macam itu didasarkan pada hadis Nabi SAW, yang dikutip Syekh Nawawi berdasarkan riwayat dari para ahli hadis (muhadditsin).
''Iman itu ada 77 cabang. Dan, yang paling utama dari cabang-cabang tersebut adalah mengucapkan Laa ilaha illallah (tiada Tuhan melainkan Allah), dan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan. Malu (berbuat maksiat) adalah satu cabang dari iman.'' (HR para ahli hadis).
Untuk memudahkan mengenal 77 cabang iman itu, sebagaimana termuat dalam kitab Manzhumah al-Syu'ub karya Syekh Zainuddin bin Ali al-Kusyini, Syekh Nawawi merangkumnya dalam bentuk nazam (syair).
Iman pada Tuhan, malaikat, kitabnya para nabi dan hari akhir sirnanya
Hari kebangkitan dan takdirnya Tuhan Kumpul di mahsyar banyak makhluk tak tahan
Orang Muslim ada di surga tempatnya Orang kafir ada di neraka tempatnya.
Maksudnya adalah setiap orang Islam wajib beriman bahwa sesungguhnya Allah SWT, yang akan membangkitkan atau menghidupkan seluruh makhluk sesudah mati, baik yang dikuburkan, yang mati tenggelam, maupun karena sebab lain. Ulama sepakat bahwa yang dibangkitkan nanti pada hari kiamat adalah wujud dari badan, dan bukan yang semisal dari badan ini. Keterangan ini didasarkan pada surah Al-Thaghaabun ayat 7.
''Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: 'Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan'. Yang demikian adalah mudah bagi Allah.''
Dan, pada hari itulah, akan dilakukan penghisaban (perhitungan) atas segala amal perbuatan manusia selama di dunia. Mereka yang berbuat baik akan menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya, dan yang berbuat keburukan dan dosa akan menerima catatan amal perbuatannya dengan tangan kirinya. Mereka yang berbuat baik akan dimasukkan ke dalam surga dan yang berbuat kejahatan akan dimasukkan ke dalam neraka. Dan, ketetapan Allah pasti benar. Manusia tak bisa mengingkarinya. Itulah balasan Allah SWT atas setiap perbuatan umat manusia selama di dunia.
Syekh Muhammad al-Hamdani menyatakan, pada saat meniti jembatan Shirat al-Mustaqim, umat Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh golongan, yakni (1) orang yang jujur (Shiddiq) akan meniti jembatan Shirat al-Mustaqim secepat kilat; (2) orang berilmu ('alim) akan meniti secepat angin yang kencang; (3) para wali abdal akan meniti secepat burung terbang (beberapa jam); (4) orang yang mati syahid akan meniti secepat kuda balap dalam waktu setengah hari; (5) orang yang mati pada saat menunaikan ibadah haji, akan meniti dalam waktu satu hari penuh; (6) orang yang taat beribadah, akan meniti dalam waktu satu bulan; dan (7) orang yang sering melakukan maksiat, akan meniti jembatan Shirat al-Mustaqim dengan meletakkan kaki di atas titian, sedangkan dosa mereka diletakkan di atas punggung.
Ketika mereka lewat, neraka Jahanam mendatangi untuk membakar mereka. Kemudian, neraka Jahanam melihat cahaya iman di hati mereka, lalu berkata: "Lewatlah wahai orang Mukmin, karena sesungguhnya cahaya imanmu memadamkan kobaran apiku!"