Selasa 20 Jun 2017 16:14 WIB

Muslimah Amsterdam Bebas Mengenakan Hijab

Muslimah Belanda
Muslimah Belanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan banyaknya masjid tersebut, organisasi Muslim pun tumbuh memayungi Muslimin Amsterdam. Tak hanya komunitas Muslimin secara umum, organisasi tiap etnis Muslim juga berkembang pesat.

Komunitas Muslim keturunan Maroko dan Turki, misalnya. Terdapat sedikitnya 20 organisasi Islam Turki dan 30 organisasi Islam Maroko di Amsterdam. Pun demikian komunitas Muslim Indonesia di Amsterdam yang membentuk komunitas Euromoslim - Amsterdam.

Meski minoritas, Muslimin bergerak bebas dan berinteraksi nyaman di ibu kota Belanda. Sebagian mereka bahkan mampu terjun ke dunia politik. Terdapat beberapa politisi lokal Muslim yang terkenal di Amsterdam. Di antaranya, Ahmed Aboutaleb, seorag pejabat di wilayah Alderman dan Ahmed Marcouch, ketua distrik Slotervaart.

Di bidang pendidikan, Muslimin Amsterdam pun tak dirundung khawatir. Sedikitnya terdapat delapan sekolah dasar Islam dan satu sekolah menengan Islam berdiri di kota tersebut. Anak-anak Muslimin menuntut ilmu di sana. Namun, kendati sekolah di institusi Muslim, anak-anak mempelajari kehidupan sosial yang harmonis. Sekolah-sekolah Islam di Amsterdam tersebut amat baik dalam mempromosikan integrasi dan kohesi sosial masyarakat Belanda.

Untuk pendidikan tinggi, Muslimin Amsterdam aktif menyuarakan pendidikan agama. Alhasil, secara nasional, beberapa universitas pun kemudian membuka jurusan untuk teologi. Universitas yang mempelopori akomodasi pelajaran agama, yakni Vriji Universiteit Amsterdam atau Amsterdam Free University.

Muslimah Amsterdam juga bebas berjalan di jalanan kota dengan mengenakan jilbab. Tak ada larangan eksplisit mengenai jilbab di sana. Muslimah yang mengenakan burqa atau cadar pun mendapat hak mereka. Meski sempat ditentang pada 2003, yakni saat insiden larangan mahasiswi Muslim Amsterdam mengenakan burqa, namun dua tahun kemudian larangan tersebut dicabut. Negara “enggan” mengatur larangan tersebut secara hukum.

Tak hanya bebas mengenakan jilbab, Muslimah Amsterdam juga dimanjakan dengan adanya masjid wanita. Pada 2005, masjid khusus perempuan didirikan dan dikelola oleh Muslimah. Pendirian masjid ini awalnya diprakarsai oleh seorang feminis asal Mesir, yakni Nawal El Saadawi. Meski banyak mendapat kritikan, namun masjid ini dapat berdiri dan terkelola dengan baik. Inilah tempat pemenuhan kebutuhan rohani bagi Muslimah Amsterdam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement