Selasa 06 Jun 2017 20:57 WIB

Ini Pandangan Muhammadiyah Soal Isu Polarisasi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan Pengkajian Ramadhan 1438 H PP Muhammadiyah di kampus UMJ, Jakarta, Senin (5/6).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan Pengkajian Ramadhan 1438 H PP Muhammadiyah di kampus UMJ, Jakarta, Senin (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, menilai, polarisasi memang ada, tapi dengan sifat yang tidak masif. Ia merasa, polarisasi besar justru ada di persepsi masyarakat, sehingga mengusulkan ada proses pencairan.

"Itu dipersepsi yang memang paling berat sebetulnya, persepsi kita terpolarisasi, karena itu lebih baik saya mengajak ada proses ice breaker," kata Haedar di Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah di UMJ, Senin (5/6).

Muhammadiyah, lanjut Haedar, dan kekuatan-kekuatan moderat akan memerankan fungsi jembatan agar polarisasi persepsi ini tidak jadi realitas masif. Sebab, ia meyakini ada kekuatan budaya dan alam pikiran moderat dari masyarakat Indonesia.

Haedar berpendapat, kekuatan itu akan menjadi dasar yang baik di daerah-daerah di Pulau Jawa maupun di luar Jawa. Tapi, ia mengingatkan, proses politik, sosial, ekonomi dan berbagai pengaruh yang masuk mengentalkan persepsi jadi serba rigit (kaku).

"Di situlah yang kemudia ada triger (pemicu), di situlah yang akan kita coba cairkan kembali, dengan keyakinan pada dasarnya masyarakat Indonesia itu moderat," ujar Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement