Selasa 06 Jun 2017 15:00 WIB
Belajar Kitab

Bayan Al Farq Ungkap Unsur Batin Manusia

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepakaran Al Hakim At Tirmidzi di bidang tasawuf tak lagi diragukan. Karya-karya tokoh yang memiliki kesamaan nama belakang dengan salah satu imam periwayat hadis terkemuka, Imam Tirmidzi, itu pun cukup banyak.

Imam Tirmidzi bernama lengkap al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tir mizi. Penulis kitab Sunan tersebut wafat pada 279 H. Sementara, Al Hakim At Tirmidzi, wafat pada 320 H.

Karya yang pernah ditulis Al Hakim di bidang spiritual cukup banyak. Ada ‘ilal Asy Syari’ah, Ilal Al Ubudiyyah, Syarh As Shalat wa Maqashiduha, juga Alhajju wa Asraruhu. Di antara karya-karya Al Hakim, mahakaryanya yang tersohor adalah Khatmul Awliya. Ada pula beberapa karyanya yang kurang begitu populer, yaitu kitab Bayan Al Farq Bain As Shadr, Al Qalb, Al Fuadu, dan Al Lubb.

Kitab yang naskah manuskripnya ditemukan di Perpustakaan Dar Al Kutub, Mesir, tersebut menjelaskan perbedaaan makna dari kata shadr, qalb, fuad, dan lubb berikut penggunaannya. Pemaknaannya terhadap deretan kata tersebut dimulakan dengan mengutip ayat-ayat yang secara langsung memakai kata-kata itu. Guna memperkuat pemaparannya, ia juga menyertakan hadis-hadis pendukung.

Al Hakim yang lahir dan dibesarkan di Tirmidz— sebuah daerah yang kini berada di wilayah Uzbekistan dan sebagian barat Kazakhstan—mengawali pembahasannya dengan menjabarkan kedudukan dan definisi qalb. Menurutnya, terminologi qalb bersifat luas.

Cakupannya meliputi semua aspek dan unsur batin yang ada dalam diri manusia. Di batin seseorang, ada perkara eksternal dan ada juga internal qalb.

Perumpamaannya seperti istilah mata. Ada bebe rapa unsur penting di dalam mata, yaitu kornea mata, warna hitam dan putih, serta cahaya. Sama halnya, ketika menyebut rumah. Maka, secara otomatis, kata rumah mencakup pula bagian pintu, dinding, atap, tiang, dan segala perabotnya. Baik mata ataupun rumah maka tiap elemen internal ataupun eksternalnya, masing-masing memiliki definisi yang berbeda, demikian juga fungsingnya. Namun, kesemuanya sa ling berkaitan dan menunjang satu sama lain. Pun demikian dengan istilah qalb.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam Islam ada banyak peristilahan dan peringkat-peringkat. Kedudukan pemeluknya, terutama dari segi ilmu juga tak sama. “Dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat.” (QS Az- Zukhruf [43] : 32). Semakin tinggi ilmu yang dimiliki maka posisi ilmu tersebut terserap dalam qalb semakin mendalam dan spesial. Tetapi, bagaimanapun, tetap saja istilah qalb bersifat umum.

Bila diperinci maka akan didapati bahwa sebetulnya kedudukan shadr di qalb seperti posisi bagian putih di mata, yang berguna menyaring debu dan keringat di mata. Shadr adalah tempat masuknya bisikan-bisikan dan keburukan. Meski demikian, sedikit sekali yang menyadari apa yang sedang merasuki shadr. Shadr tempat masuknya nafsu, harapan, dan keinginan. Kadang kala menyempit (QS al-A’raf : 2) dan di lain kesempatan lapang (QS al-Insyirah : 1).

Shadr juga tempat cahaya Islam. Wadah menjaga ilmu yang pernah dipelajari. “Sebenarnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orangorang yang diberi ilmu.” (QS al- Ankabuut [29] : 49). Disebut demikian karena shadr adalah sebab pertama kali tersampaikannya ilmu. Disebut shadr karena ia adalah gerbang dari qalb. Tiap Mukmin akan diuji dengan segala bisikan dan nafsu hingga ia meminta pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT, kemudian dia mengabulkannya. Demikian juga setan akan membisiki umat manusia melalui jalur shadr. “Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu.” (QS Ali Imran [3] : 154).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement