Jumat 26 May 2017 16:51 WIB

Calon Pengantin Penghuni Surga

Surga (ilustrasi)
Foto:

Mendapat pertanyaan tersebut, Zahid lalu menjawab, "Wahai saudaraku Said, apakah kamu pernah mendapatiku berdusta."

Pada saat itu, Zulfah datang menghampiri ayahnya dan  menanyakan apa yang sedang terjadi. Said lalu berkata, "Wahai putriku, ini ada seorang pemuda yang datang hendak melamarmu untuk menjadi istrinya. Bagaimana pendapatmu?"

Mendengar hal tersebut, terpukullah hati Zulfah. Selama ini banyak pemuda dari kalangan bangsawan yang datang dan ingin melamarnya. Kini, ada seorang pemuda biasa yang mendatangi ayahnya untuk melamarnya.

"Aku tak mau menerima lamarannya, Ayah,"  kata Zulfah sambil terisak.

Mendengar jawaban anaknya, Said lalu berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku merasa keberatan.  Bukannya aku hendak menghalanginya. Maka sampaikanlah kepada Rasulullah bila lamaranmu ditolak."

Mendengar nama Rasulullah SAW disebut sang ayah, Zulfah berhenti menangis dan bertanya, "Mengapa ayah membawa-bawa nama Rasulullah SAW?"

Said menjawab, "Lelaki yang datang melamarmu ini adalah karena perintah Rasulullah."

Serta-merta Zulfah mengucap istighfar berulang kali dan menyesali kelancangan perbuatannya itu. Kemudian gadis muda itu berkata kepada sang ayah, "Mengapa ayah tidak mengatakannya sejak tadi bila yang melamarkan lelaki itu adalah Rasulullah. Kalau begitu keadaanya, nikahkan saja aku dengannya. Karena aku teringat firman Allah: 'Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil Allah dan Rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, 'Kami mendengar dan kami patuh.'  Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.' (an-Nur : 51)."

Mendengar perkataan Zulfah, hati Zahid sangat bahagia.  Kemudian dia mendatangi Rasulullah mengabarkan  hasil lamarannya. Rasulullah senang melihat kebahagiaan Zahid.

Kemudian Rasul menanyakan tentang persiapan pernikahan. 

Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa-apa untuk persiapan pernikahanku.  Aku sama sekali tidak memiliki harta," ujarnya.

Mendengar hal itu, Rasul lalu memerintahkan Zahid untuk pergi ke rumah Abu Bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf.  Setelah mendapatkan sejumlah uang yang cukup, Zahid pergi ke pasar untuk belanja persiapan pernikahan.  Bersamaan dengan itu Rasulullah menyeru umat Islam untuk berperang menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, ia melihat kaum Muslimin telah bersiap dengan persenjataannya.  Zahid bertanya, "Ada apa ini ...?"

Para sahabat menjawab, "Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita.  Apakah engkau tidak mengetahuinya?"

Zahid pun beristighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah, kalau begitu aku lebih baik menjual perlengkapan perkawinan ini dan aku akan membeli kuda terbaik."

"Tetapi Zahid, malam nanti adalah bulan madumu.  Apakah engkau akan pergi juga?" kata para sahabat menasihati.

"Tidak mungkin aku berdiam diri!" jawab Zahid tegas.

Akhirnya Zahid ikut pergi bersama para sahabat dan Rasulullah ke medan perang. Atas takdir Allah, Zahid gugur dalam pertempuran tersebut.  Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."  Lalu Rasulullah membacakan surah Ali Imran ayat 169 - 170.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhan-Nya dengan mendapat rezeki.  Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepada mereka, dan bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka dan mereka tidak bersedih hati."

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement