Selasa 02 Jul 2019 12:00 WIB

Kisah Ketegaran Seorang Tawanan

ketegarannya dalam membela agama membuatnya selalu yakin Allah menguji hambanya.

Ilustrasi Padang Pasir
Foto: Pixabay
Ilustrasi Padang Pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah SAW pernah mengutus 10 orang sahabatnya menjadi mata-mata untuk mengetahui kekuataan musuh. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Raji. Rasul menunjuk Ashim bin Tsabit sebagai pemimpin dalam misi ini.  

Sayangnya, ketika berada di daerah Hadah yang terletak antara Asafan dan Makkah, kedatangan tim ekpedisi ini diketahui oleh orang-orang kafir dari Bani Lihyan.

Akhirnya, pengejaran pun dilakukan oleh Bani Lihyan. Bani Lihyan mengerahkan tak kurang dari 100 orang pemanah. Para pemanah akhirnya sampai di tempat yang pernah disinggahi para sahabat. 

Terdapat sejumlah biji kurma yang mereka jadikan sebagai petunjuk tentang keberadaan sepuluh 10 tersebut. "Ini kurma dari Yatsrib (Madinah)," seru satu di antara para pemanah Bani Lihyan.

Mereka pun segera menyusuri dan mengikuti jejak-jejak dari para sahabat Rasul. Hingga akhirnya, mereka berhasil menyusul rombongan tim ekspedisi itu.

Menyadari kedatangan musuh, Ashim bin Tsabit dan para sahabat Rasul lainnya memutuskan berlindung ke dataran tinggi. Musuh yang telah mengepung para sahabat berseru, "Turunlah kalian dan menyerahlah! Kami menjamin dan berjanji tidak akan membunuh seorang pun dari kalian."

Ashim bin Tsabit menanggapinya, "Kami tidak sudi berada dalam jaminan orang kafir." Lalu, ia memanjatkan doa kepada Allah SWT, "Ya Allah, beritahukan nasib kami ini kepada Nabi-Mu."

Karena para sahabat enggan untuk menyerah, akhirnya pemanah Bani Lihyan menghujani mereka dengan anak panah. Sebagian dari mereka gugur, termasuk Ashim bin Tsabit. Tersisa tiga orang sahabat yang akhirnya tertawan. Salah satu dari sahabat Rasulullah yang berhasil tertangkap adalah Khubaib bin Adi.

Khubaib bin Adi dibeli oleh anak-anak Harits bin Amir bin Naufal. Harits bin Amir bin Naufal adalah seseorang yang tewas di tangan Khubaib saat Perang Badar. Khubaib melewati hari-harinya sebagai tawanan anak-anak Harits.

Perilaku baik 

Suatu hari, Khubaib meminjam sebuah pisau dari salah seorang putri Harits bin Amir bin Naufal untuk keperluannya. Tiba-tiba, anak dari perempuan tadi mendekat ke arah Khubaib.

Perempuan itu yang melihat Khubaib memangku putranya dengan memegang pisau di tangannya serta-merta merasa ketakutan. Melihat ibu dari anak yang sedang berada di pangkuannya sangat ketakutan, Kubaib berusaha menenangkan, "Apakah engkau khawatir jika aku sampai membunuhnya? Sungguh aku tidak akan melakukannya."

Perempuan itu pun berkata, "Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang tawanan yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, aku juga pernah menyaksikan dia makan setangkai buah anggur yang berada di tangannya, padahal ia dalam keadaan terbelenggu. Dan, ketika itu, di Makkah belum datang musim anggur. Itulah sebuah rezeki yang diberikan Allah kepada Khubaib."

Tetapi, perilaku baik Khubaib tidak dipedulikan oleh Bani Lihyan, bahkan mereka sepakat untuk membunuhnya. Pada hari yang ditetapkan untuk mengeksekusi sahabat Rasul ini, anak-anak Harist membawa Khubaib keluar dari wilayah Tanah Haram Makkah. Mereka ingin mengeksekusi Khubaib di luar Makkah.

Detik-detik menjelang eksekusi, Khubaib mengajukan permintaan kepada mereka, "Berilah aku waktu sebentar saja untuk melakukan shalat dua rakaat." Mereka pun menyanggupi permintaan Khubaib untuk shalat.

Usai shalat, Khubaib berkata, "Sungguh, seandainya kalian tidak menganggap aku takut (menghadapi kematian), tentu aku akan menambah jumlah rakaat shalatku. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, binasakanlah mereka satu per satu, jangan biarkan satu pun di antara mereka hidup."

Kemudian, Khubaib melantunkan bait-bait syair yang untuk menunjukkan kekuatan imannya :

Tiada peduli manakala aku terbunuh dalam keadaan Muslim, di tempat mana saja nyawaku hilang untuk Allah.

Demikian ini karena Allah, kalau Dia berkehendak, akan memberkahi seluruh anggota tubuh yang terkoyak.

Kemudian, Abu Sirwa'ah, Uqbah bin al-Harits, mendekat dan membunuh Khubaib. Begitulah, Khubaib bin Adi al-Anshari menemui ajalnya yang indah. Yaitu, terbunuh di jalan Allah SWT. Ia merupakan orang yang pertama mencontohkan melakukan ibadah shalat sunah sebelum dieksekusi. 

Tingginya keyakinan Khubaib dan ketegarannya dalam membela agama membuatnya selalu yakin Allah menguji hambanya dengan cara yang dikehendaki-Nya.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement