Selasa 16 May 2017 10:31 WIB

Faktor Pemicu Sulitnya Konsistensi

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Sabar/ilustrasi
Sabar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Faktor pemicu sulitnya konsistensi adalah sikap tak sabar dan terburu-buru. Ingin segera mendapatkan hasil justru memunculkan barang instan. Tak bertahan lama. Konsistensi dipupuk melalui proses yang bertahap. Bukan dari loncatan yang tergesa-gesa. Sebab itu, waspadalah. Terburu-buru memang adalah karakter manusia. Ini seperti disebut di surah al-Anbiya’ ayat 37. 

Salah satu faktor penghalang konsistensi berikutnya adalah propaganda media. Pemicu yang satu ini juga tak kalah mengakibatkan dampak. Jangkauannya yang luas dan kedekatannya dengan umat manusia menuntut penggunanya harus lebih cerdas dan selektif.

Maka, apa yang mesti dilakukan seseorang agar dapat tetap konsisten memegang dan menjalankan agama yang dianutnya? Dr Muhammad kembali mengungkapkan, hal yang tak bisa dilewatkan ialah membaca dan merenungkan ayat-ayat Alquran. Bertadaburlah. Karena, dalam Kitab Suci tersebut terdapat pelajaran dan pesan berharga terkait konsistensi. 

Segudang ayat mengisahkan metode yang mengingatkan tata cara berkonsistensi.  Misalnya, bisa dirujuk surah al-Anfal ayat 12, Ali Imran ayat 146, dan surah Hud 120. Perhatikan saja sebagai contoh surah az-Zuhruf ayat 43, “Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.”

Minta perlindungan kepada Allah selalu agar memberikan bimbingan tetap konsisten di jalan-Nya. Karena, seperti disebutkan di surah Yusuf ayat 64, Allah adalah sebaik-baik pelindung. Agar lebih utama, berdoalah secara spesifik agar diberikan konsistensi tersebut. Dalam sebuah riwayat, Rasul pernah berdoa sebagai berikut, “Allahumma inni as’aluka ats-tsabata fi al-amri wa al-azimata ‘ala ar-rusydi. (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu konsistensi dalam suatu urusan dan tekad yang kuat terhadap kebijaksanaan.”

Mendekatlah kepada orang-orang saleh dan mintalah petuah bijak mereka. Ini penting mengingat inti dari sendi agama, sebagaimana riwayat Muslim, ialah tradisi saling menasihati. Keteladanan itu pernah dicontohkan oleh Nabi Musa AS tatkala menunjuk saudaranya, Harun, sebagai penasihat yang memberi rambu-rambu atas tiap langkah yang dia ambil. Kisah tersebut tertuang di surah Thaha ayat 29-34. 

Ada banyak kiat lain yang bisa ditelaah dan dikaji lebih lanjut dalam buku ini supaya konsistensi sebagai Muslim sekaligus mukmin bisa terpelihara, bahkan meningkat.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement