Sabtu 13 May 2017 20:41 WIB

Dua Faktor Penting Kejayaan Kerajinan Logam Peradaban Islam

Rep: Yus/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Logam (ilustrasi)
Foto: ist
Logam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri kerajinan logam di dunia Islam mencapai kemajuan berkat kontribusi beberapa pihak. Dua pendukung utama adalah para perajin dan kalangan penguasa atau bangsawan. Mereka saling terkait, khususnya dalam menciptakan benda kerajinan bermutu tinggi.

Kerajinan yang mewah serta indah sulit diwujudkan jika hanya mengandalkan para perajin. Seperti dikatakan Jonathan Bloom dan Sheila Blair, keterampilan dan keahlian saja tidaklah cukup. Mereka butuh modal,” tegas dua sejarawan ini.

Di sinilah campur tangan kaum bangsawan serta penguasa menjadi penting. Dengan kekayaan dan pengaruh yang dimiliki, mereka bisa memesan benda kerajinan terbaik, khususnya dari emas dan perak, kepada para perajin.

Sejarah mencatat beberapa tokoh yang berpengaruh terhadap geliat industri kerajinan logam, di antaranya Gubernur Mosul, Badr al-Din Lu’lu. Dia berjasa besar mendorong perkembangan kerajinan logam di Kota Jazira.

Pada 1239, Artuq Aslan dari Mardin memesan sejumlah tempat lilin nan indah yang lantas menghiasi Masjid al-Haram al-Syarif di Jerusalem. Begitu pula penguasa Cizre di pertengahan abad 13 memesan mangkuk bersepuh ukiran emas.

Setidaknya terdapat ratusan bahkan ribuan jenis karya logam yang dihasilkan para perajin Muslim sepanjang abad pertengahan. Ini tentu prestasi luar biasa dalam bidang seni dan budaya. Sayangnya, sejumlah besar barang-barang itu kini tak ditemukan lagi.

Fakta menyedihkan itu diungkap sejarawan Rachel Ward. Berdasarkan penelitiannya, ketiadaan benda-benda bernilai sejarah tinggi tersebut karena memang sudah hancur, terutama yang terbuat dari bahan emas dan perak. Pada masa itu, emas dan perak sangat mahal harganya.

Pada saat itu, benda-benda kerajinan dari kedua jenis logam ini dianggap paling prestisius. Karena itu, banyak yang terpaksa dilelehkan untuk mencari nilai keekonomian lebih tinggi. Ada pula yang dilebur agar bisa dibuat kerajinan lain dengan model lebih baru.

Sebagian besar lainnya, lanjut Ward, diduga terkubur di dalam tanah. Ini karena pada periode tersebut masih ada tradisi di sebagian komunitas untuk turut mengubur benda-benda berharga ketika pemiliknya meninggal.

Kebanyakan benda kerajinan yang ditemukan di era modern berupa jambangan berukir,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement