REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustaz Zaitun Rasmin menngatakan, bahwa tunanetra merupakan tanggung jawab semua pihak, sehingga mereka bisa mendapatkan haknya sebagai warga negara Indonesia. Hal ini disampaikan Ustaz Zaitun usai menghadiri acara penyerahan wakaf Alquran Braille Digital kepada 1.000 orang tunanetra di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (4/5).
"Kita harus benar-benar melihat ini sebagai sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Bukan semata-mata kasihan pada mereka, tapi juga melihat bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat yang punya hak dan kita sebenarnya juga butuh mereka," ujarnya, Kamis (4/5).
Dia mengatakan, sejatinya Allah Maha Adil dalam mencipatakan semua makhluknya. Karena itu, jika terdapat kekurangan pada ciptaan-Nya maka hal itu merupakan ujian bagi Allah. "Tapi biasanya Allah memberikan keseimbangan dengan kelebihan yang lain. Makanya umumnya orang yang tunanetra diberikan kemmampuan dan kekuatan hafalan dan kita juga melihat kebaikan suara mereka," kata Waketum GNPF MUI tersebut.
Menanggapi acara yang pembagian wakaf Alquran yang diadakan Yayasan Syekh Ali Jaber tersebut, Ustaz Zaitun memberikan, apresiasi yang sangat besar terhadap Yayasan Ali Jaber dan penyokong dananya, yaitu Ketua DPD RI, Oesman Sapta Odang. Ia pun mendoakan agar donatur acara tersebut mendapatkan pahala. Apalagi, tunanetra di Indonesia mayoritas adalah umat Islam.
"Minimal yang bisa kita berikan kepada mereka adalah Alquran, sehingga hati mereka bisa lebih terang. Mereka mungkin bisa lebih terang memadang dunia dan akhirat darpada orang yang bisa melihat matanya," ucapnya.
Salah satu tunanetra yang mendapatkan pembagian Waqaf Alquran tersebut yaitu Atilah (4 tahun). Siswa kelas satu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Bekasi tersebut mengungkapkan rasa syukurnya setelah menerima bantuan wakaf Alquran. Pasalnya, Atilah sendiri sudah mulai suka dan belajar Alquran sejak Taman Kanak-Kanak (TK).
"Saya bisa baca Alquran sejak TK dan SD sudah bisa," kata Atilah dengan didampingi oleh salah seorang gurunya.