REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berusaha mencegah peningkatan kasus kematian ibu hamil dan bayi. Salah satu upayanya merangkul kelompok ulama guna menyiarkan pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tasik, Dadan Hamdani mengatakan, tingginya angka kematian ibu hamil dan bayi masih dalam taraf mengkhawatirkan meski terjadi penurunan kasus dibanding tahun lalu. Sebab kata dia, angka kematian ibu dan bayi tahun 2016 mencapai masing-masing 45 dan 255 kasus. Adapun untuk tahun 2015, angka kematian ibu hamil sebanyak 55 kasus dan bayi sebanyak 295 kasus.
"Memang ada penurunan, tapi angka ini masih tinggi, kami perlu berbagai upaya untuk menurunkannya lagi," katanya pada wartawan dalam workshop mencegah kematian ibu hami dan bayi bersama ulama, Rabu (20/4).
Kabupaten Tasikmalaya menduduki peringkat keempat di Jabar sebagai wilayah dengan jumlah kematian bayi tertinggi tahun ini. Sedangkan untuk peringkat kematian ibu hamil cenderung membaik. "Kalau tahun 2015 kami diurutan ketiga, sekarang diurutan ketujuh," sebutnya.
Ia menjelaskan tingginya angka kematian ibu hamil dan bayi lantaran keterlambatan dalam memutuskan, mencapai tempat layanan kesehatan dan memperoleh layanan kesehatan. Keterlambatan itu, kata dia ikut disebabkan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dengan gejala komplikasi yang mungkin diderita ibu dan bayi, pertimbangan biaya atau pengalaman buruk dengan layanan kesehatan.
Bupati Tasik Uu Ruzhanul Ulum mengakui, masih minimnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi. Dampaknya, potensi kematian ibu hamil dan bayi masih tinggi. Karena itu, dia ingin para ulama menyampaikan pentingnya kesehatan ibu hamil dan bayi dalam ceramah. Sebab, ia meyakini setiap ucapan ulama pastinya akan didengarkan oleh masyarakat.