Oleh: Asep Sapaat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengki atau iri hati adalah penyakit hati yang kerap sulit terdeteksi. Guru lain sukses, kita sakit hati. Guru lain jatuh, kita senang hati. Tidaklah sempurna keimanan seorang guru jika masih bersemayam rasa dengki di hatinya. Rasulullah SAW bersabda, "Dalam jiwa hamba Allah tidak akan berkumpul iman dan iri hati." (HR Baihaqi).
Tujuh tahun lalu, saya iri melihat kehidupan para guru di salah satu SD di Ujung Genteng (Sukabumi). Bukan gedung dan sarana fisik yang membuat saya iri hati, melainkan budaya "susah lihat guru lain susah" yang dibangun dalam kehidupan sekolah.
Ada empat guru pegawai negeri sipil (PNS) dan tujuh guru honorer mengajar di sekolah itu. Guru PNS senang karena terima gaji tepat waktu dengan jumlah lebih dari cukup. Lain lagi dengan nasib para guru honorer. Mereka susah karena gaji tak cukup dan belum tentu bakal diterima rutin setiap bulannya.
Karena guru PNS merasa susah melihat kesusahan rekan sejawatnya, maka empat guru PNS membuat kesepakatan di antara mereka. Hasil kesepakatannya: mereka menyisihkan sebagian dari gajinya untuk diberikan kepada rekan-rekannya yang guru honorer setiap bulannya.
Potret kehidupan para guru di atas adalah contoh filosofi kehidupan "susah lihat orang lain susah" atau "senang lihat orang lain senang". Kita harus punya alasan yang benar jika merasa iri hati kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Iri hanya dibenarkan dalam dua hal, yakni iri kepada, pertama, seseorang yang dikaruniai harta kekayaan kemudian digunakannya untuk menegakkan kebenaran; kedua, seseorang yang dikaruniai hikmah pengetahuan kemudian mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR Bukhari).
Firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain ...." (QS an-Nisa: 32). Oleh karena itu, guru harus belajar untuk bisa mengatasi dan menghilangkan rasa iri hatinya. Guru bisa mencoba berlatih mengucapkan selamat dan bergembira atas keberhasilan guru lainnya. Latih berbelasungkawa dan perlihatkan empati jika guru lainnya mendapatkan musibah.
Di antara sesama guru bisa saling berkunjung ke rumah masing-masing untuk bersilaturahim. Guru bisa saling bertukar hadiah. Saling menutupi aib dan keburukan di antara sesama guru, bahkan guru hanya membicarakan hal-hal baik saja tentang pribadi mereka.
Tak ada satu pun kebaikan bagi guru yang "susah lihat guru lain senang" atau "senang lihat guru lain susah". Yang terjadi, guru yang selalu dengki hanya akan menggerogoti kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukannya. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah sekali-kali kalian iri hati. Sebab iri hati menggerogoti kebajikan seperti api menghanguskan kayu bakar." (HR Abu Dawud).
Semoga Allah SWT memampukan guru-guru kita untuk bisa meninggalkan dengki dari hati mereka. Karena hakikatnya hal itu bisa jadi salah satu jalan untuk meningkatkan derajat kemuliaan sebagai seorang pendidik. Rasulullah SAW bersabda: "Hai anakku, jika engkau mampu menjadi orang yang selalu berpagi dan bersore hari tanpa rasa dengki terhadap seorang pun, kerjakanlah. Meninggalkan rasa dengki merupakan sunahku. Barang siapa menghidupkan sunahku, maka sungguh ia mencintaiku. Barang siapa yang mencintaiku, maka ia bersamaku di dalam surga." (HR Tirmidzi). Wallahu a'lam bishawab.