Kamis 06 Apr 2017 17:15 WIB

Perpustakaan Fondasi Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Masa Kekhalifahan

Rep: Yusuf Ashiddiq/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung membaca buku di salah satu perpustakaan di Jakarta, Jumat (3/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengunjung membaca buku di salah satu perpustakaan di Jakarta, Jumat (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan yang dicapai umat Islam di bidang ilmu pengetahuan pada masa kekhalifahan, sangat ditunjang oleh keberadaan perpustakaan. Fasilitas ini tersebar di kota-kota besar Islam. Fungsinya tak sekadar tempat simpan pinjam buku, tapi juga merupakan pusat kajian ilmu pengetahuan.

Sejarah mencatat, sejumlah kota besar yang pernah menjelma sebagai kutub peradaban Islam, misalnya Baghdad, Kordoba (Andalusia), Kairo, ataupun Damaskus, sudah memiliki perpustakaan besar yang representatif. Koleksinya mencapai ribuan buku dan manuskrip yang sebagian besar adalah karya para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan besar pada masa itu.

Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750  Masehi, memberi perhatian besar terhadap perpustakaan. Mereka membangun sebuah perpustakaan besar di Kordoba, yang oleh sejarawan Ehsan Masood dalam buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, disebut sebagai  'permatanya Kordoba'.

Koleksinya mencapai 400 ribu judul. Ini merupakan perpustakaan terbesar pada masa tersebut. Sedangkan di Baghdad pada masa Khalifah al-Ma'mun dari Bani Abbasiyah, ada Baitul Hikmah yang dipastikan adalah sebuah perpustakaan besar sekaligus menjadi tempat kajian dan penerjemahan karya-karya dari peradaban asing.

Berkembangnya sarana perpustakaan pada akhirnya membutuhkan tenaga pustakawan yang andal. Dia dituntut menguasai banyak hal. Mulai dari pengenalan koleksi buku, hingga intisari dari sebuah karya penting agar mampu menjelaskannya secara gamblang kepada para calon pembacanya.

Dengan demikian, para pustakawan terkemuka di masa kekhalifahan Islam, bukanlah orang sembarangan. Mereka adalah sarjana dan ahli ilmu pengetahuan, bahkan tak jarang bertitel profesor. George Abraham Makdisi dalam Cita Humanisme Islam, mencatat nama Abd al-Salam ibn al-Hasan ibn Muhammad al-Bashri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement