REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dra Siti Faizah *)
Ketika kelelahan, keletihan, kepayahan, kesedihan, kesusahan menggelayuti pikiran, maka beban hidup ini terasa bertambah berat. Namun, ketika tersadar akan sebuah wasiat yang tersimpan rapih dan disampaikan oleh Yang Maha Mencipta kepada makhluk yang diciptakan terdapat dalam ayat terakhir di surat ketiga Alqurnul Karim, maka wasiat tersebut sarat akan makna.
Ini karena di dalamnya mengandung intisari surah Ali Imran yang menjelaskan tentang urgensi empat perintah Allah Ta’ala, sekaligus menjadi wasiat umum bagi orang-orang yang beriman. Sebuah pesan yang menjadikan orang mukmin pantas diperkenankan doanya, mendapat ampun, pertolongan di dunia, dan pahala di akhirat pertolongan di dunia, dan pahala di akhirat .
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarllah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Qs. Imran : 200)
Pesan yang terkandung dalam ayat di atas meliputi empat perintah. Pertama, wasiat untuk bersabar dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganya. Seorang mukmin diminta bersabar dalam menjalankan perintahNya, seperti shalat, puasa, infaq, sedekah, menjaga persatuan dan kesatuan kaum muslimin.
Sabar dalam menghadapi cobaan dan musibah, sabar dalam membaca dan menjaga ayat-ayat suci-Nya, berbuat baik, menegakkan kebenaran, berbakti kepada kedua orang tua dan perbuatan terpuji lainnya. Berhati-hati agar tidak terjebakdalam perbuatan dosa dan larangan-Nya.
Ditengah fitnah yang berkecamuk di alam fana ini, seringkali maksiat dan kemungkaran tersimpan rapi, terbingkai indah dan menarik, bahkan terkesan moders dan menyenangkan, menghibur dan menggiurkan. Bahkan, orang yang rela membeli dosa dan maksiat karena terjebak, tidak menyadari, tidak memahami atau menganggapnya solusi. Khamr dikenal memabukkan dalam bahasa Alquran, kini bisa dikonsumsi dengan luasa dalam bahasa miras, narkotika, permen yang mengandung zat adiktif dan tetap membuat manusia lupa akan Dzat Yang Maha Kuasa. Hal demikian tetap terlarang menurut-Nya.
Kedua, wasiat untuk menguatkan kesabaran dan ketabahan melebihi kesabaran mereka yang melanggar perintah Allah dan justru melakukan larangan-Nya. Termasuk, di dalamnya adalah kesabaran dalam melawan hawa nafsu yang cenderung mengajak kepada maksud dan perbuatan buruk. Kesabaran dan ketabahan para aktivis kebaikan justru sangat dianjurkan untuk dilakukan dalam semangat kebersamaan dan kerja sama. Ketika menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak”, maka kesuksesan besar akan dapat diraih saat seluruh komponen kebaikan dalam bangsa ini bersatu.
Ketiga, bersiap-siap dititik perbatasan di jalan dakwah dan kebenaran. Termasuk, menjaga profesionalisme dalam beramal shalih. Profesional pada umumnya dilakukan masih sebatas tuntutan dunia kerja untuk meraih keuntungan dan kemajuan yang besar. Pesan ini, menuntut seorang muslim menanata organisasinya dengan menejemen profesional, guna menjacapai kemajuan organisasi dakwah dan keuntungan yang besar di dunia dan menjadi bekal di akhirat.
Menjaga agar dakwah ini berlangsung dengan menyenangkan, nenuaskan, membuat manusia simpati terhadap agama Allah SWT, mengantarkan orang lain mendapatkan hidayah Allah, memenuhi relung hati manusia dengan rasa takut kepada Allah, menjaga amanah organisasi, menegakkan muamalah dengan saling ridha, berupaya memenuhi unsur-unsur profesional dalam berdakwah, bersungguh-sungguh dalam memajukan organisasi tanpa pamrih, menjaga segala ketentuann-Nya merupakan upaya yang terpuji dan dianjurkan dalam Islam. Juga, menjadi kebanggaan baginda Nabi SAW terhadap umatnya melalui sabdanya, “Bersiap-siaga dititik perbatasan di jalan Allah SWT selama sehari lebih baik dari dunia dan seisinya.” (Hadis dikeluarkan oleh Imam Bukhari)
Keempat, bertaqwa kepada Allah dalam kesendirian atau kebersamaan dan kerja sama dalam kebaikan merupakan peran terakhir yang membingkai tujuan utama dari wasiat tersebut, agar mencapai keamanan. Salah satu bukti kejujuran seseorang, saat mampu mengontrol dirinya, niatnya, ucapannya, perbuatannya meski sendiri. Bagaimana waktunya bermanfaat, bagaimana berpikir penuh dan sungguh-sungguh dalam setiap amanah yang diberika kepada dirinya, selalu berpikir untuk memberi kepada orang lain, mencari solusi atas problematika umat dan bangsa, merupakan rangkaian ketaqwaan sekaligsu perintah dari-Nya. Allahu Alam bish showab
*) Ketua Umum PP Salimah 2015-2020