Sabtu 01 Apr 2017 14:30 WIB

Tinggalkan Keraguan Menuju Keyakinan

Suwendi,  Alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
Foto: Dok.Pribadi
Suwendi, Alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon

Oleh: Suwendi*

 

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ada sebuah kisah tentang seorang pemuda yang saleh. Suatu hari dalam perjalanannya ia melintasi sebuah aliran sungai. Dalam keadaan sangat lapar, dilihatnya dari kejauhan terdapat buah apel yang mengapung terbawa arus dari hulu sungai.

Saking laparnya, lelaki itu terpaksa –dan dengan sangat terpaksa sekali– mengambil buah apel yang hanyut itu dan memakannya. Setelah habis, spontan ia tersentak kaget karena buah yang dia makan itu tidak jelas pemiliknya.

Dia menyesal karena telah melakukan kesalahan mengambil sesuatu yang mungkin milik orang lain. Maka ia pun mencari pemiliknya untuk meminta supaya apel yang telah dia makan itu dihalalkan.

Setelah beberapa lama dia menyusuri sungai ke arah hulu, dia pun bertemu dengan seorang lelaki tua yang tinggal di tepi sungai. Idris, nama lelaki saleh itu, menduga bahwa orang tua itulah pemilik buah apel yang telah dia makan, sebab di pinggir sungai dekat rumahnya terdapat sebatang pohon apel yang tengah berbuah.

Maka ia pun mengajukan beberapa pertanyaan untuk memastikan dugaannya. Setelah itu, ia mengajukan permohonan agar buah apel yang telah masuk ke dalam perutnya itu bisa dihalalkan.

Orang tua itu berkata, "Permohonanmu kuterima. Tapi dengan syarat, engkau harus mau menikah dengan anak gadisku yang buta, tuli, dan pincang." Demi halalnya apel yang telah dia makan, Idris menerima syarat yang diajukan si orang tua.

Lalu orang tua itu memanggil anak gadisnya. Tak lama kemudian, gadis yang dikatakan buta, tuli, dan pincang itu pun datang memenuhi panggilan ayahnya. Dan betapa terkejutnya Idris, ternyata sosok gadis yang dilihatnya sangat jauh dari apa yang diceritakan oleh orang tua itu. Gadis itu tidak buta, tidak tuli, tidak pula pincang. Dia normal, bahkan cantik luar biasa.

Orang tua itu tersenyum melihat keterkejutan Idris. Dia berkata, "Anakku ini buta, artinya dia tidak pernah melihat sesuatu yang dilarang oleh agama. Dia tuli, maksudnya dia tidak pernah mendengar suara kecuali yang hak. Dan dia pincang, karena dia tidak pernah berjalan menuju tempat-tempat maksiat."

Inilah kisah seorang pemuda yang saleh dengan wanita salehah yang kelak akan melahirkan anak-anak yang saleh dan salehah.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement