Jumat 31 Mar 2017 20:00 WIB

Muraisi Madinah, Awal Penyebaran Fitnah Besar

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji di kawasan Madinah.
Foto:

Maka, Siti Aisyah hanya pasrah. Ia berharap, ada rombongan kaum Muslimin yang kembali. Terlalu lama menunggu, Siti Aisyah akhirnya terserang kantuk hingga akhirnya tertidur. Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu’athal as-Sulami adz-Dzakwani. Shafwan bertugas sebagai anggota pasukan yang paling belakang.

Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah RA, Shafwan pun lalu ber-istirja` (mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi rajiun). Shafwan pun segera memberikan tunggangannya (unta-- Red) kepada Siti Aisyah. Sedangkan, Shafwan sendiri, berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi Aisyah. Mereka berdua berhasil menyusul rombongan kaum Muslimin yang sedang beristirahat.

Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya. Mereka membicarakannya menurut prasangka masing-masing. Desas-desus itu kemudian terus menyebar hingga akhirnya menjadi fitnah atau berita bohong terhadap diri Aisyah, hingga seluruh rombongan tiba di Madinah.

Fitnah ini Akhirnya menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin. Si penyebar berita itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Kisah selengkapnya dapat dilihat dalam Sirah Ibnu Hasyim 2/297, Tarikh At-Thabari 2/611, Tafsir At-Thabari 18/93, Musnad Abu Ya’la 4/450, dan Fath al-Bari 8/458.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasul SAW menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit. Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit, aku tidak melihat kelembutan dari Nabi SAW seperti yang biasa aku lihat dari beliau di kala aku sakit. Beliau hanya masuk sebentar dan mengucapkan salam, lalu bertanya; Bagaimana keadaanmu, kemudian pergi. Lihat karya Ibnul Atsir, An-Nihayah fi Gharib al-Hadits, 5/11).

Kondisi fitnah itu terus menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan, selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang menyatakan bahwa Aisyah RA terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu. Penegasan Allah itu terangkum dalam surah An-Nuur [24]: 11-26. Dengan turunnya ayat tersebut di atas,  terbebaslah Aisyah RA dari tuduhan keji itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement