REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sedikit umat Islam yang berkecimpung di dunia usaha dan bisnis. Namun, rata-rata umat Islam tak mampu membesarkan usahanya hingga tingkat nasional.
Ketua Bidang Ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan, setidaknya ada tiga kendala yang menghambat perkembangan umat Islam di dunia usaha. Pertama kendala yang bersifat budaya, di mana umat Islam tidak memiliki mentalitas entrepreneurship. "Di mana mereka lebih memilih, menghargai dan menghormati menjadi PNS daripada menjadi pedagang dan pengusaha," ujarnya saat duhubungi Republika.co.id, di Jakarta belum lama ini.
Kendala kedua, adalah kendala yang bersifat struktural. Dia mencontohkan, seperti halnya Undang-undang (UU) atau peraturan di negeri ini yang masih kurang berpihak kepada masyarakat di lapisan bawah. Sementara, di kalangan bawah tersebut kebanyakan adalah umat Islam.
"Undang-undang yang ada di negeri ini berpihak kepada lapis atas. Sementara, yang berada di lapis atas adalah saudara-saudara kita dari etnis Cina. Usaha dan bisnis mereka sudah kuat karena sudah dimulai lebih dulu," ucapnya.
Kendala terakhir, kata dia, yaitu kendala yang bersifat teknis. Sejatinya, kata dia, saat seseorang yang menjalankan bisnis pasti terdapat ilmunya. Namun, karena umat Islam kebanyakan adalah seorang pegawai, maka tidak banyak yang mengetahui teknis menjalankan bisnisnya.
"Karena umat Islam kebanyakan adalah pegawai sehingga tidak bisa menularkan ilmu dagang dan bisnisnya kepada anak-anaknya. Sementara, etnis Cina karena orang tua mereka pengusaha, mereka bisa menularkan ilmu-ilmunya kepada anak-anaknya," kata dia.