Kamis 23 Mar 2017 17:28 WIB

Sungai Eufrat dan Sabda Rasulullah

Rep: Heri Ruslan/ Red: Agung Sasongko
Sungai eufrat
Foto: Google
Bendungan (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khalifah Umar bin Khattab kemudian membentuk wilayah-wilayah administratif untuk memudahkan proses pemerintahan. Beberapa wilayah itu adalah Makkah, Madinah, Suriah, Jazirah (wilayah di antara Sungai Tigris dan Eufrat di Irak), Basrah, Khurasan, Azerbaijan, Persia, dan Mesir. Setiap gubernur ditempatkan di daerah itu.

Mereka bertanggung jawab pada sang khalifah. Pada masa-masa inilah, agama Islam juga menjadi kuat di daerah-daerah tersebut. Berkat kepemimpinan Umar, Islam sampai saat ini masih menjadi ideologi dan peradaban penting di daerah sekitar Sungai Eufrat. Namun dalam perkembangannya, apa yang telah diramalkan oleh Nabi Muhammad sepertinya mulai muncul. 

Berbagai polemik soal ketersediaan air dari sungai tersebut selalu mencuat di antara tiga negara yang dilaluinya. Pembangunan DAM selalu menjadi permasalahan bagi negara-negara tersebut. Pembuatan DAM di Turki berpengaruh pada debit air yang mengalir di Suriah.

Pembuatan DAM di Suriah akan memengaruhi air yang sampai di Irak. Meskipun belum sampai pada tahap peperangan, perdebatan soal air ini masih saja terjadi. Banyak orang mulai khawatir bahwa ramalan Nabi Muhammad pada akhirnya menjadi kenyataan.

Ramalan itu telah disebutkan dalam hadis di atas, yakni Sungai Eufrat menjadi kering dan terjadi peperangan setelahnya. Kekhawatiran ini tampak dari banyaknya laman-laman yang mengungkap tanda-tanda akhir zaman terkait dengan keringnya sungai yang berakhir di Teluk Persia itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement