REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebenarnya, Islam sudah lebih dulu datang ke Zambia daripada Kristen. Ajaran Islam bersemi di Zambia sekitar abad empat Hijriah. Ketika itu sedang berdiri Emirat di sisi timur Afrika. Pada masa-masa Muslim mulai mengembangkan sayapnya, para pedagang pun menjelajah hingga ke pelosok Afrika. Pedagang Arab masuk ke Zambia melalui Tanzania, Malawi, dan Mozambique yang memang menjadi daerah pusat perdagangan mereka.
Pada masa kolonial, Islam masuk melalui penduduk Muslim yang berasal dari dataran India dan sekitaranya. Mereka datang dan tinggal di daerah Livingstone hingga ke Lusaka (ibu kota Zambia). Sejarah kedatangan Islam di negara yang cenderung beriklim tropis ini dibenarkan oleh seorang misionaris di Afrika, Felix Phiri, dalam sebuah wawancara di Catholic Radio and Television Network (CRTN).
Felix mengatakan, pada awalnya para pedagang Arab itu tidak membawa misi untuk menambah populasi Muslim. Mereka datang benar-benar dengan niat berdagang. Namun seiring waktu, keberadaan para pedagang ini menjadi permanen di kawasan sekitar Zambia. Mereka juga menjalin hubungan baik dengan penduduk lokal. Asimilasi budaya dan transfer agama pun terjadi, terutama dengan Suku Yao dari Malawi.
Walaupun telah lama hadir di Zambia, perkembangan Islam di negara yang sebagian besar warganya masih berada di bawah garis kemiskinan itu baru terlihat tiga dekade terakhir. Umat Islam kian gencar melakukan dakwah melalui jalur pendidikan, kesejahteraan, dan perdagangan.
Sebagai sebuah agama minoritas yang mulai berkembang, sudah menjadi hal yang wajar bagi Islam untuk menerima banyak kritikan dari lingkungan sekitarnya. Meskipun demikian, berdasarkan laporan Pemerintah Amerika Serikat terhadap kebebasan beragama di Zambia tahun 2010, tidak ditemukan adanya kekerasan ataupun diskriminasi atas nama agama di negara tersebut.
Konsitusi negara Zambia yang diamendemen pada 1996 menyatakan negara tersebut sebagai negara Kristen. Akan tetapi, negara memberikan kebebasan kepada penduduknya untuk memilih dan memercayai agamanya masing-masing. Hal ini kemudian semakin ditegaskan pada konferensi nasional yang membahas konstitusi pada April 2010.
Klausa baru yang ditambahkan adalah kebebasan bagi warga negara Zambia untuk berpindah agama dan melakukan kegiatan keagamaan, seperti kegiatan beribadah ataupun mengajarkan agama tertentu. Di jalur pendidikan, negara tetap memutuskan bahwa sekolah negeri tetap menggunakan tradisi Kristen dan Katolik. Sedangkan, nilai-nilai Islam bisa diberlakukan atau diajarkan hanya di sekolah-sekolah swasta.