Jumat 17 Mar 2017 23:31 WIB

Teladan Umat Islam di Estonia

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko
Muslim di Estonia.
Foto: Allaris.ru
Muslim di Estonia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adalah etnis Muslim Tatar yang pertama kali hadir di negara tersebut. Mereka berstatus sebagai pengungsi setelah tanah airnya, Republik Tatar, dikalahkan tentara Kerajaan Rusia. Represi besar-besaran terjadi. Intelektual dan tokoh agama banyak yang disingkirkan.

Warga pun memilih hengkang dan mencari tempat lebih aman. Beberapa dari mereka sampai di Finlandia dan juga Estonia. Dua kota utama, Narva dan Tallin, pernah menjadi pusat konsentrasi ribuan pengungsi.

Ketika itu, Estonia belum berbentuk negara. Estonia masih merupakan provinsi miskin dan masuk wilayah Kekaisaran Rusia. Daerah ini sempat porak-poranda akibat Perang Dunia I.

Penduduk asli menerima para pengungsi dengan tangan terbuka. Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain, terlebih para pendatang tadi sedang mengalami penderitaan.

Kedua pemeluk agama hidup berdampingan secara damai. Eksistensi umat pun diakui, misalnya diperbolehkan memiliki lahan pemakaman khusus Muslim. Tak hanya itu, agama Islam pun tercantum sebagai agama resmi dalam konstitusi sejak tahun 1928.

Mereka juga mendapat pekerjaan cukup baik di berbagai bidang profesi. Perdagangan berkembang pesat, demikian pula sektor pendidikan di mana banyak pelajar Muslim yang menimba ilmu di Universitas Tartu.

Tibalah musim semi tahun 1940. Republik kecil ini dianeksasi tentara komunis Soviet. Maka, sekali lagi, komunitas Muslim mengalami penindasan. Ribuan warga kemudian dideportasi ke Siberia. Ini merupakan bagian dari kampanye 'Rusianisasi' di seluruh wilayah pendudukan.

Sekitar bulan Maret 1944, pada masa Perang Dunia II, angkatan udara Soviet membombardir Tallin yang masih dikuasai Nazi Jerman. Kota itu rusak berat, termasuk kediaman komunitas warga Muslim. Sistem drainase juga porak-poranda hingga menyebabkan banjir besar yang turut menghancurkan pemakaman Muslim.

Usai PD II, dengan rezim komunis tetap bercokol, kehidupan keagamaan ditekan. Pada pertengahan tahun 80-an, umat Muslim membentuk organisasi pertama, tapi baru diakui secara resmi pada tahun 2000.

Estonia pun memperoleh kemerdekaan tahun 1991. Berdasarkan data sensus tahun 1997, jumlah penduduknya mencapai 1,7 juta jiwa, termasuk umat Islam. Sejak itu, tidak ada permasalahan berarti dalam kehidupan keseharian. Sampai timbul peristiwa 11 September yang mengubah persepsi warga Barat terhadap Islam dan umat Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement