REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi seorang mukmin sejati, manusia sempurna (insan kamil) dibutuhkan sikap ketawadluan (rendah hati), ikhlas, dan senantiasa taat pada Sang Khaliq (pencipta). Dan itu tidaklah mudah. Hanya mereka yang ikhlas dan tulus beribadah kepada Allah yang bisa menjadi manusia sempurna itu.
Tidak mudah memang menjadi mukmin seperti itu. Banyak orang yang akhirnya gagal menjadi manusia sempurna, sebagaimana dikehendaki Allah SWT, yakni mukhlishin (orang-orang yang ikhlas, tanpa pamrih, dan hanya menggantungkan hidupnya pada Allah SWT).
Walaupun dirinya sudah melaksanakan semua perintah Allah, baik dengan beribadah, zikir, wirid, zakat, infak, sedekah, puasa, dan berhaji, namun karena tidak ikhlas dan tawadlu, ibadahnya itu menjadi sia-sia. Sebab, ia berharap segala amal perbuatannya itu dilihat orang (pamer, ria).
''Mereka itulah orang-orang yang tertipu,'' kata Abu Hamid bin Muhammad, yang terkenal dengan nama julukan Al-Ghazali.
Dalam kitabnya, Al-Kasf wa Al-Tibyan fi Ghurur al-Khalq Ajma'in (Menyingkap Aspek-aspek Ketertipuan Seluruh Makhluk), Al-Ghazali menyebutkan empat kelompok manusia yang tertipu. Keempat kelompok manusia itu adalah ulama atau cendikiawan, ahli ibadah, hartawan, dan golongan ahli tasawuf. Mereka itu tertipu karena ibadahnya.