Kamis 09 Mar 2017 10:12 WIB

Dulu Amerika Beri Penghargaan Tokoh Muslim, Sekarang?

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Shamsi Ali
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Imam Besar Masjid New York, Imam Shamsi Ali menceritakan, sekitar tujuh tahun yang lalu tepatnya di tahun 2009. Sebanyak 100 orang tokoh menerima penghargaan Ellis Island Honor Award. Dua orang tokoh di antaranya Muslim, termasuk dirinya.

Ia menjelaskan, penghargaan tersebut diberikan kepada para imigran atau anak cucu imigran yang dianggap berjasa dan berkontribusi kepada Negara Amerika. Di antara 100 tokoh yang mendapat penghargaan, di antaranya Jenderal Abi Zayd mantan panglima perang Amerika di Irak, John Podesto mantan Jubir Presiden Bill Clinton dan penyanyi legendaris Hispanic Gloria Stephane.

"Sejak dimulainya pemberian penghargaan itu setahu saya baru ada dua orang Islam yang menerimanya. Saya sendiri dan petinju legendaris dunia Muhammad Ali," kata Imam Shamsi kepada Republika.co.id dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/3).

Saat itu dirinya begitu bangga, merasa terhormat dan bersyukur. Sebab, negara Amerika yang selama ini dikenal kurang bersahabat dengan Muslim justru memberikan penghargaan kepada imigran Muslim. Menurutnya, hal lain yang membuatnya bangga karena Amerika terasa seperti rumah sendiri.

Ellis Island adalah sebuah pulau kecil di seberang Kota Manhattan. Tepatnya, berada di antara Manhattan dan pulau tempat Lady Liberty berdiri tegak. Di sanalah sejarah para pendatang yang tiba di Amerika pertama kali diterima. Artinya, Ellis Island merupakan simbol pintu kedatangan para imigran ke Negara Amerika.

"Dengan patung Lady Liberty di seberangnya kota New York merupakan simbolisasi Amerika sebagai negara yang menjunjung tinggi kebebasan, sekaligus membuka dada dengan lapang menerima pada imigran," jelasnya.

Imam Shamsi menegaskan, bukan rahasia dan siapapun tahu bahwa Amerika adalah negara imigran. Mereka yang berkulit putih juga fakta sejarahnya adalah pendatang. Mereka umumnya melarikan diri dari daratan Eropa karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi di Eropa pada masa itu.

Ia menerangkan, kedatangan para imigran atau tepatnya pengungsi Eropa telah menjadikan penduduk asli Amerika (Native American) termarjinalkan. Bahkan cenderung tereliminir. "Mereka dipaksa menyerahkan tanah dan kepemilikan mereka oleh pendatang Eropa, bahkan diusir untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement