REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Zakat optimistis kepercayaan donatur kian meningkat di 2017. Tahun ini, Rumah Zakat menargetkan penerimaan donasi hingga Rp 1 triliun. Sejak berdiri tahun 2003 hingga kini, Rumah zakat berhasil menghimpun 1.200.000 penerima dana manfaat.
Selain disalurkan kepada penerima manfaat, program kerja Rumah Zakat pun berhasil memberdayakan 800 desa di Tanah Air. . Menurut CEO Rumah Zakat Nur Efendi, tren kenaikan performa program meningkat 20 persen dari tahun sebelumnya.
Kata Nur, model kegiatan berbasis pemberdayaan dilakukan untuk menghasilkan desa-desa mandiri, melalui program kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. “Kami ingin memberikan perubahan dalam memberdayakan satu desa dengan menyeluruh, mulai dari beasiswa, pemberdayaan ekonomi, dan kesehatan,” ungkapnya, Selasa (7/3).
Dalam melakukan pemberdayaan ekonomi, pihaknya menyasar usaha kecil dan menengah (UKM) agar mampu mengembangkan bisnisnya. Salah satunya dengan memberikan training dan insentif agar kualitas produksi UKM meningkat.
Tahun ini, pihaknya menargetkan 1.080 desa di Indonesia terberdeayakan. Tidak hanya menyasar UKM, Rumah Zakat juga menyasar kelompok-kelompok usaha potensial serta melakukan pendampingan secara intens mulai dari penggalian potensi sampai proses pemasaran. “Rata-rata kita memiliki dua sampai tiga kelompok usaha dalam satu desa,” tambahnya.
Di bidang kesehatan, Rumah Zakat fokus pada kesehatan ibu dan anak. Nur menyebutkan, terdapat delapan rumah sakit gratis yang melayani kesehatan ibu dan anak yang bersinergi dengan program BPJS pemerintah. Kini Rumah Zakat telah memiliki 20 unit mobil klinik keliling dan direncanakan akan mengoperasikan klinik kesehatan terapung bagi desa-desa yang tidak dapat diakses melalui jalur darat.
Sementara di bidang ekonomi, Rumah Zakat berkomitmen untuk melakukan advokasi kepada pemerintah untuk membuat regulasi yang pro terhadap pemberdayaan sektor agraria. Komitmen ini juga diiringi dengan pendampingan kepada para petani, dan telah dilakukan di beberapa titik desa pemberdayaan.
Rumah Zakat juga mengembangkan inovasi berbasis lingkungan, di antaranya menciptakan bank sampah. ‘’Nantinya masyarakat yang mau berobat dan sekolah tidak menggunakan uang tetapi menukarkannya dengan sampah. Bisa dibayangkan sehari berapa juta atau miliar ton sampah yang kita produksi, dan ini potensi yang luar biasa sekali,” ungkapnya.
Saat ini Rumah Zakat tengah menguatkan platform offline to online dengan memusatkan pada fasilitas teknologi informasi. Strategi ini, kata dia, diharapkan akan menambah jumlah donatur yang masuk.