REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Maraknya gerakan sparatis muncul saat ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang mengancam keutuhan NKRI. Mereka melakukan berbagai cara, dengan merekayasa isu untuk menimbulkan gejolak dengan misi membenturkan pada symbol agama. Masyarakat Sulbar harus mengantisipasi sejak dini gerakan-gerakan yang melenceng dari ajaran pancasila.
"Seluruh agama tidak ada yang mienginkan kejahatan, tapi orangnya yang ingin berbuat jahat karena mereka mempunayai misi untuk memecah belah ummat di Indonesia," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat (Kanwi Kemenag Sulbar), H. Muhdin, saat beri sambutan sekaligus membuka acara workshop guru pendidikan agama, Pembimas hindu, kantor kemenag Sulbar, yang dihadir sekitar 40 peserta dari guru se-Sulbar, di hotel Mamuju, Beach, pada, Sabtu, (4/3).
Muhdin mencontohkan, konflik yang terjadi di Tobadak beberapa tahun lalu, yang menjadi isu nasional saat itu, bahwa ada pembantaian umat Islam di Tobadak. Padahal, kata dia, itu murni bukan agama, hanya oknum yang menyebar isu tersebut adalah provokator yang membawa kedalam isu agama.
Apalagi dengan adanya media sosial, oknum yang menyebar berita hoax dengan cepat mudah diakses, sehingga menyebabkan polemik di masyarakat maupun pemerintah saat itu. "Itu sudah diselidiki, ternyata masalah yang terjadi di Tobadak pada saat itu, adalah masalah sengketa lahan, hanya kebetulan yang berkonflik beragama Islam dan Kristen dan itu murni bukan agama," ujarnya.
Muhdin menghimbau, kepada guru-guru yang hadir kegiatan workshop, untuk tetap menjaga toleransi menghargai satu sama lain, memperkenalkan sejak dini, kepada murid-murid mengenai symbol-simbol agama, menanamkan pemahaman saling merhargai keyakinan kepada murid-murid agar nantinya murid mempunyai bekal dan tidak mudah terpengaruh dengan doktrin gerakan spratisme.
"Memperlihatkan pada anak didik tentang symbol agama, bahwa tempat ibadah agama ini tidak bisa diganggu, bahwa makanan agama ini khusus agama ini dan tidak boleh dihina," ucapnya.
Ia pun mencontohkan,di agama Islam ada Masjid, di Kristen ada Gereja, di Hindu ada Pura, dan di Budha ada Vihara. Indonesia adalah Negara yang majemuk, terdir dari kurang lebih 17 ribu pulau, 700 lebih jumlah bahasa, 1.000 lebih jumlah suku bangsa, dari dulu kita hidup aman damai sejahtera lahir batin. "Satu kata satu hati, satu bahasa satu tujuan memajukan sulbar meskipun kita berbeda keyakinan tapi kita tetap satu," ujar Muhdin.