REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah pun mencatat, kelanjutan pembangunan Masjid Istiqlal tidak terlepas dari keinginan sejumlah tokoh, ulama, dan pejabat negara, dan tokoh-tokoh dari Himpunan Seniman Budayawan Islam untuk kembali melanjutkan pembangunan masjid tersebut. Alhasil, lewat prakarsa Menteri Agama saat itu, KH M Dahlan, sejumlah pihak mulai melakukan penggalangan dana untuk mewujudkan kembali pembangunan Masjid Istiqlal. Hingga akhirnya, Masjid Istiqlal bisa berdiri kokoh dan menjadi kebanggan umat Islam di Indonesia.
Namun, Masjid Istiqlal juga pernah menjadi sasaran aksi terorisme, tepatnya pada 20 April 1999 sore. Sebuah bom meledak di area perkantoran, yang berada di lantai bawah Masjid Istiqlal. Berdasarkan cuplikan berita dari Harian Republika, akibat bom tersebut 70 ruangan mengalami kerusakan dan 31 di antaranya rusak berat. Bom tersebut juga melukai tiga orang.
Akibat bom tersebut, ruangan Ketua MUI yang saat itu dijabat KH Ali Yafie rusak parah. Pun dengan kerusakan yang terjadi di ruang sekretariat Dewan Masjid Indonesia (DMI), Aula VIP, Kantor Redaksi Buletin Jum'at, ruang Lembaga POM MUI, ruang Kuismel (Komite Umat Islam Solidaritas Membantu Ekonomi Lemah), ruang LPTQ, dan ruang koperasi. Sehari setelah kejadian tersebut, Presiden RI ketiga BJ Habibie menyebut, aksi tersebut adalah bentuk pengacauan yang ingin menciptakan konflik antaretnis dan antaragama.
Sejumlah tokoh dari Ormas Islam pun mengecam kejadian bom tersebut. Mereka menilai, peledakan bom tersebut adalah bentuk provokasi dan aksi teror kepada umat Islam. Kecaman terhadap kejadian tersebut juga diungkapkan oleh perwakilan dari Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Julis Darmaatmadja. Bahkan, sejumlah pihak menyebut, peledakan bom itu bertujuan untuk mengganggu keamanan dan stabilitas keamanan jelang Pemilu 1999. Polisi akhirnya menetapkan tujuh orang tersangka atas tindakan peledakan bom di Masjid Istiqlal tersebut.
Sebenarnya, peledakan bom ada 1999 merupakan kejadian peledakan bom kedua yang pernah terjadi di Masjid Istiqlal. Peledakan bom pertama terjadi pada 14 April 1978, tepatnya tiga bulan setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Peledakan itu terjadi di bagian mihrab. Dokumentasi Republika mencatat, aksi pengeboman itu dipicu oleh ketidaksetujuan sejumlah kelompok terhadap bentuk desain mihrab Masjid Istiqlal. Sayangnya, kasus peledakan ini dideponering oleh pihak berwajib.
Tidak hanya itu, Masjid Istiqlal juga menjadi saksi dari soliditas umat Islam dalam mengawal kasus penistaan agama. Masjid Istiqlal menjadi titik berkumpul dari aksi Bela Islam 411 hingga 211. Setidaknya, ribuan umat Islam dari berbagai tempat dan wilayah di seluruh Indonesia tumpah ruah di Masjid Istiqlal. Sebelum akhirnya bergerak ke Monas dan Bundaran BI.
Masjid Istiqlal akhirnya bukan hanya menjadi kebanggan umat Muslim, melainkan juga menjadi tempat awal perjuangan umat Islam. ''Itu sah-sah saja karena masjid adalah tempat perjuangan. Istiqlal itu merupakan masjid perjuangan,'' kata Ridwan Saidi.