REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdiri megah di Jalan Taman Wijayakusuma, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Masjid Istiqlal menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nama Istiqlal diadaptasi dari Bahasa Arab, yang diterjemahkan secara bebas berarti 'Kemerdekaan'.
Masjid Istiqlal pun ditetapkan sebagai masjid nasional Negara Republik Indonesia. Di masjid ini, berbagai perhelatan hari-hari besar keagamaan Islam diperingati secara nasional, dari Idul Fitri, Idul Adha, hingga Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berdiri di atas lahan seluas 9,32 hektare, Masjid Istiqlal memiliki satu bangunan utama dan bangunan pendukung. Bangunan utama memiliki tinggi 60 meter, panjang 100 meter, lebar 100 meter, dan tiang panjang sebanyak 2.316 buah. Bangunan utama ini pun terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Dinding dan lantai di seluruh bangunan Masjid Istiqlal pun dilapisi marmer. Selain itu, ada pula bagian selasar dan teras.
Bangunan utama juga memiliki kubah besar dengan diameter mencapai 45 meter dan ditopang 12 tiang besar. Pun dengan menara tunggal setinggi 66,66 meter. Kekokohan dan kemegahan Masjid Istiqlal ini juga ditopang oleh material bahan baja antikarat. Secara keseluruhan, Masjid Istiqlal dapat menampung sekitar 200 ribu jamaah. Ini menjadikan Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara.
Kemegahan dan kekokohan inilah yang dibayangkan oleh Presiden RI pertama, Sukarno, saat menghadiri pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Istiqlal pada 24 Agustus 1961, yang juga bertepatan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam pidatonya, Sukarno mengungkapkan, Masjid Istiqlal akan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia di mata internasional.
''Masjid istiqlal ini akan mencakar langit. Menaranya pun akan mencakar ke langit. Dibuat daripada material yang tahan ratusan bahkan ribuan tahun. "Tiap-tiap kali engkau datang di hadapan Masjid istiqlal, kau akan berkata, 'Alhamdulillah aku adalah orang, putra Indonesia, dan Indonesia mempunyai masjid yang demikian ini yang menjadi kekaguman di seluruh dunia,'' ujar Soekarno dalam pidato pencanangan tiang pertama Masjid Istiqlal, yang dinukil dari Arsip Nasional.
Statusnya sebagai masjid terbesar se-Asia Tenggara pun membuat Masjid Istiqlal banyak didatangi para pemimpin-pemimpin negara lain saat berkunjung ke Indonesia. Termasuk kala Presiden AS, Barrack Obama, pada 2010, hingga Kanselir Jerman Angela Merkel pada 2012 silam menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Istiqlal. Kunjungan ini pun seolah mengakui, Masjid Istiqlal sebagai salah satu monumen atau bangunan kebanggaan milik bangsa Indonesia.
Sejarah pembangunan Masjid Istiqlal tentu tidak bisa dilepaskan dari sayembara yang dilakukan panitia pembangunan Masjid Istiqlal terkait desain dan bentuk masjid yang akan dibangun. Akhirnya, lewat sayembara tertutup, panitia yang diketuai langsung Sukarno menetapkan arsitek Ferderik Silaban. Ini pula yang menjadikan Masjid Istiqlal sebagai simbol penghormatan atas perbedaan agama di Indonesia. Pasalnya, Frederik Silaban beragama Kristen Protestan.
Namun, proses pembangunan Masjid Istiqlal ini memakan waktu yang begitu panjang. Paling tidak butuh waktu 17 tahun untuk merampungkan masjid dengan gaya arsitektur modern tersebut. Pembangunan Masjid Istiqlal pun melewati dua masa periode pemerintahan, masa pemerintah Sukarno dan Soeharto. Soeharto akhirnya meresmikan Masjid Istiqlal pada 22 Februari 1978. Bahkan, pembangunan Masjid Istiqlal sempat benar-benar terhenti pada dekade 1960-an. Hal ini tidak terlepas dari krisis politik yang sempat terjadi di Indonesia.
Sejarawan Ridwan Saidi menyebutkan, pembangunan Masjid Istiqlal memang sempat terkendala lantaran banyaknya peristiwa-peristiwa, termasuk peristiwa politik, seperti G30S PKI dan upaya Pemerintah untuk merebut kembali Irian Barat. Selain itu, ada pula faktor pendanaan yang terhenti dari pemerintah. ''Ditambah pula keadaan ekonomi pada saat itu. Di samping juga, bisa dibilang anggaran pemerintah juga telah habis,'' kata Ridwan kepada Republika lewat sambungan telepon.