Kamis 02 Mar 2017 18:00 WIB

Napak Tilas Sejarah Para Nabi

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Agung Sasongko
Dalam Alquran dikisahkan Nabi dan Rasul/Ilustrasi
Dalam Alquran dikisahkan Nabi dan Rasul/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Nabi dan Rasul adalah manusia manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-Nya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Alquran, “... ialah orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut ke pada-Nya dan mereka tiada takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (QS al-Ahzab: 39).

Perjalanan hidup para nabi dan rasul sejak Nabi Adam AS hingga Muhammad SAW menyuguhkan pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang berakal. Salah satu nya, kisah hidup Nabi Musa AS yang penuh ujian. Namun, sebagai seorang nabi, Allah menganugerahi kesabaran yang sangat tinggi kepadanya. Mulai dari masa bayi ketika sang ibu terpaksa menghanyut kannya di Sungai Nil hing ga akhirnya diambil oleh istri Firaun.

Karena keberaniannya melawan Firaun yang zalim dan mengaku sebagai Tu han maka Nabi Musa dikejar- kejar oleh pasukan raja Mesir itu. Saat terdesak, tongkat Nabi Musa, dengan izin Allah SWT, mampu membelah lautan hingga ia dan pengikutnya selamat. Sebaliknya, Firaun dan pasukannya ditenggelamkan oleh Allah dalam lautan itu.

Menurut Prof Dr Mu hammad Machasin, pakar sejarah kebudayaan Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, para nabi dan rasul membawa pesan dan ajaran yang sama, yakni ketauhidan bahwa tidak ada Tuhan yang layak di sembah kecuali Allah. Mereka hanya dibedakan oleh tempat pengutusan dan kaum yang mereka dakwahi.

Jika ingin menggarisbawahi perbedaan maka yang perlu kita bandingkan bukan nabi terdahulu dan nabi-nabi pada masa sesudahnya. Perbedaan yang sesungguhnya terlihat antara nabi-nabi terdahulu dan nabi yang diutus paling akhir, yakni Muhammad SAW.

Jika para nabi sebelum Muhammad hanya menyeru kaumnya pada Tuhan Yang Esa (Allah), Rasulullah SAW dihadapkan pula pada persoalan kemanusiaan yang mendalam. Dari ayat-ayat Al quran, kita ketahui bahwa Rasulullah berjuang memperbaiki falsafah hidup ma syarakat saat itu, bahwa hidup adalah juga untuk kehidupan setelah kematian dan bahwa hidup tidak saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk umat.

Ajaran yang dibawa Rasulullah juga menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa nabi-nabi yang diutus sebelumnya. Selain itu, beliau diutus tidak untuk kaum tertentu, tetapi untuk seluruh umat manusia.

Bagaimana pula dengan mukjizat yang dianugerahkan kepada para nabi dan rasul? Jika dilihat dari asal katanya, yakni ‘ajaba, kata mukjizat berarti “hal-hal yang membuat orang tidak dapat menyangkalnya”. Merujuk pada penger tian ini, Machasin menegaskan, mukjizat yang sesungguhnya adalah Alquran, kitab yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW.

"Ajaran yang dibawa Rasulullah menyempurnakan ajaranajaran yang dibawa nabi-nabi yang diutus sebelumnya."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement