Senin 27 Feb 2017 01:00 WIB

Tanwir Muhammadiyah Momen Penting Bagi Rakyat Maluku

Rep: Fuji E Permana/ Red: Bayu Hermawan
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir dan Gubernur Maluku Said Assagaf (dari kanan) menuruni tangga usai Penutupan Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center, Ambon, Maluku, Ahad (26/2).
Foto: Republika/ Wihdan
Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir dan Gubernur Maluku Said Assagaf (dari kanan) menuruni tangga usai Penutupan Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center, Ambon, Maluku, Ahad (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) resmi menutup Tanwir Muhammadiyah di Kota Ambon pada Ahad (26/2) petang. Gubernur Maluku, Said Assagaff mengungkapkan rasa syukurnya karena Muhammadiyah telah memilih Kota Ambon, Provinsi Maluku menjadi lokasi Tanwir Muhammadiyah. Ia berharap Muhammadiyah akan menyelenggarakan Muktamar di Maluku.

"Puji dan syukur kehadirat Allah rabbul alamin, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas inayah dan maunahNya seluruh rangkaian Tanwir Muhammadiyah ini dapat terselenggara dengan baik," kata Assagaff saat berpidato di penutupan Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center Ambon, Ahad (26/2).

Assagaff mengungkapkan, pelaksanaan Tanwir Muhammadiyah di Maluku tahun ini merupakan berkat yang besar dan terindah untuk rakyat di Maluku. Tanwir menjadi sebuah momen penting yang akan selalu diingat dan tercatat dalam lembaran sejarah rakyat Maluku.

Ia mengatakan adanya Tanwir Muhammadiyah membuat Presiden, Joko Widodo (Jokowi) datang ke Kota Ambon dua kali di bulan ini. Karena Tanwir pula Wapres datang ke Maluku berulang kali untuk mengunjungi kampung halamannya. Sebab, JK pernah diangkat sebagai warga kehormatan Kota Ambon.

"Selain itu bapak (JK) punya andil yang sangat besar terhadap proses rekonsiliasi saat konflik terutama dalam perjanjian Malino Dua," ujarnya.

Assagaff menjelaskan dari Tanwir Muhammadiyah di Kota Ambon juga pihaknya bisa memperoleh beberapa hal penting dan strategis. Pertama, pentingnya mengokohkan silaturahim dan ikatan keadaban sesama anak bangsa. Dalam konteks ini, menurut Assagaff, perlu ditegaskan kembali pentingnya merawat Bhineka Tunggal Ika.

"Untuk Indonesia tanpa diskriminasi, Indonesia tanpa kekerasan, Indonesia tanpa monopoli," ucapnya.

Menurutnya, bagi orang Maluku, fakta Kebhinekaan yang ada sudah merupakan bagian dari identitas kebudayaan masyarakat Maluku. Dari perspektif historis sebagai pulau rempah rempah, sejak dahulu Maluku sudah menjadi tempat perjumpaan berbagai peradaban di dunia.

Maluku juga menjadi wilayah kontestasi berbagai kepentingan dagang dan politik dunia. Terutama oleh bangsa Portugis, Sepanyol, Inggris, Belanda dan Jepang. Selain itu, ada Arab, Cina dan India. Kondisi tersebut menjadikan Maluku sebagai masyarakat yang sangat multikultural.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement