Jumat 24 Feb 2017 15:40 WIB
Belajar Kitab

Menyimak Teladan Ali di Mawa'izh Al-Ushfuriyyah

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren Petuk, Kediri, Jawa Timur.
Foto: Antara/Arief Priyono
Seorang santri membersihkan koleksi Kitab Kuning di Pondok Pesantren Petuk, Kediri, Jawa Timur.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab Mawa'izh al-Ushfuriyyah adalah salah satu kitab rujukan yang sering dibahas di pesantren-pesantren, khususnya pesantren salafiyah. Kitab ini umumnya dipelajari pada waktu-waktu tertentu, seperti bulan Ramadhan. Apalagi, jumlah halaman yang sedikit membuat kitab ini sangat  cepat dipelajari. Bahkan, terkadang hanya dalam satu minggu sudah selesai.

Kitab Mawa'izh al-Ushfuriyyah atau lebih dikenal dengan nama Ushfuriyah merupakan kitab yang berisi kumpulan kisah-kisah teladan. Kata Ushfuriyah sendiri berarti burung pipit. Kitab ini merupakan karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri.

Sesuai dengan maksudnya, Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri berharap, kitab ini bisa menjadi rujukan bagi setiap umat Islam dalam mengambil hikmah dari kisah-kisah yang dimiliki umat Islam, khususnya yang terdapat dalam kitab tersebut.

Banyak kisah teladan yang bisa dijadikan pelajaran dan hikmah bagi umat Islam. Misalnya, kisah tentang Ali bin Abi Thalib RA yang berkaitan dengan keutamaan ilmu.

Ali bin Abi Thalib RA dikenal sebagai seorang Muslim yang memiliki keluasan ilmu. Dalam salah satu riwayat, disebutkan bahwa Ali laksana gerbang ilmu pengetahuan. Andai ada 10 orang bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada Ali, niscaya Ali akan menjawab dengan 10 jawaban yang berbeda.

Salah satunya adalah kisah berikut. Sekelompok orang Khawarij merasa iri dengan ungkapan yang menyatakan bahwa Ali sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Mereka pun lantas mengujinya. Satu per satu dari mereka menemui Ali dan bertanya tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement