REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tiga universitas terkemuka Australia memberikan informasi kepada mahasiswanya untuk menghormati umat Islam di kampus. Mereka harus menyadari bahwa umat Islam tidak diizinkan berjabat tangan dengan lawan jenis.
Informasi tentang identitas Muslim ini disediakan secara online bagi mahasiswa di Universitas Flinders di Adelaide, Universitas Curtin di Perth, dan University of Western Australia (UWA). Petugas National Union of Students, Lorena White mengatakan, perguruan tinggi harus mengakomodasi siswa Muslim yang tidak bisa berjabat tangan dengan wanita.
Jika siswa dipaksa untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai perilaku diskriminatif dan tidak dapat diterima. "Kerugian yang disebabkan untuk siswa laki-laki yang dipaksa berjabat tangan dapat merusak diri mereka, identitas, dan konsekuensi untuk pilihan antara asimilasi atau isolasi. Namun, konsekuensi dari jabat tangan Anda ditolak juga cukup signifikan, dan bahkan lebih berat jika dibandingkan dengan tantangan dan diskriminasi yang dihadapi perempuan saat ini,” ujar Lorena White seperti dilansir Theaustralian.com.au, Kamis (23/2).
Seorang juru bicara Western Sydney University mengatakan, universitas tidak memiliki aturan khusus terkait hal ini. Ia menyerahkan hal tersebut kepada masing-masing individu apakah mereka ingin berjabat tangan dalam acara-acara universitas, seperti kelulusan dan acara lainnya. Pihak universitas mengakui keragaman dan mempromosikan budaya inklusif. Universitas menyadari ada berbagai alasan mengapa beberapa siswa memilih untuk tidak berjabat tangan.
Sementara itu, politisi Australia Malcolm Roberts mengecam pelarangan ini. Menurutnya, tindakan menolak berjabat tangan berarti merendahkan perempuan. Menteri Pendidikan, Simon Birmingham menambahkan universitas adalah lembaga otonom yang diharapkan bertanggung jawab kepada masyarakat, mahasiswa, dan para pembayar pajak yang mendanai mereka. Sehingga harus mencerminkan harapan dan standar komunitas.