Senin 20 Feb 2017 10:50 WIB
Peringati Milad Masjid Istiqlal

Ketika Semua Golongan Bersatu Membersihkan 'Rumah Allah'

 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meninjau proses membersihkan Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (19/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi

Ical, koordinator lapangan relawan mengatakan, relawan aksi bersih-bersih merupakan individu-individu yang berasal dari sejumlah organisasi pencinta alam. Tampak hari itu, sejumlah siswa sekolah yang berasal dari kelompok Pramuka Peduli juga hadir menjadi bagian dari relawan.

"Semuanya (relawan) ini diundang secara individual meski mereka berasal dari organisasi yang berbeda," ujar Ical. Dia pun mengatakan konsumsi dan bahan pembersih juga berasal dari sumbangan sejumlah pihak.

Ketika ditanya, apa motivasinya menjadi relawan membersihkan masjid, Ical yang sudah 24 tahun malang melintang di bidang ini mengatakan, aksi ini semata karena senang, juga sebagai kegiatan alternatif yang bernilai ibadah yang lebih riil. "Kalau kita berbicara program bagaimana menghargai perbedaan, program gotong royong, kita ingin kegiatan riilnya atau aksi nyatanya," ucapnya.

Hal yang sama disampaikan Firman, relawan asal Indramayu yang menjadi penanggung jawab membersihkan menara. "Alhamdulillah, bisa turut dalam kegiatan membersihkan rumah Allah ini. Semoga menjadi amal kelak," ujarnya.

Alasan lain selain karena senang, diungkapkan oleh relawan bernama Ciprianus, pria beragama Katolik dan berasal Flores menyampaikan bahwa, masjid ini dari sisi sejarah, desainnya dibuat oleh arsitek yang bukan beragama Islam, yaitu Fredrerich Silaban, juga mungkin ada donasi dari umat selain muslim.

"Namun, terlepas dari itu, masjid ini milik negara, dan saya sebagai anak bangsa, saya ikut memiliki. Kehadiran saya di sini, tidak semata melihat agama, tapi juga karena masjid ini milik bangsa," ujar pria yang pernah melanglang buana ke 26 negara dengan bersepeda pada periode tahun 1980-an.

Tim yang sudah profesional mengerjakan pembersihan menara seluruhnya berjumlah 40 orang lebih yang berasal dari sejumlah daerah di Tanah Air. Mereka bekerja mulai dari ukul 08.00 WIB - 17.00 WIB, kecuali relawan lain yang membersihkan selain menara, memulai aksi bersih-bersihnya pukul 09.00 WIB. Selain menara dan kisi-kisi atau ventilasi selasar, para relawan ini juga membersihkan toilet dan tempat wudhu.

Dijelaskan Ical, para relawan yang bekerja membersihkan menara adalah profesional di bidangnya, dan mereka tidak dibayar. Mereka yang bekerja di ketinggian ini rata-rata adalah pencinta alam dan bekerja di bidang ini. Setiap harinya, pada hari kerja ada 80-100 relawan yang bekerja, dan pada hari libur bisa mencapai 150 orang.

"Mereka profesional yang sudah tersertifikasi tingkat nasional dan internasional sebagai pekerja ketinggian dengan nama pekerjaannya Pekerja Akses Tali, dan ada asosiasinya, yaitu Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) atau asosiasi pekerja akses tali," ujar pria ramah yang menggeluti di hobi pencinta alam sejak SMA dan hingga saat ini bekerja di bidang tersebut.

Lalu ketika ditanya apa tantangannya saat membersihkan menara, ia mengatakan, tantangannya adalah cuaca, hujan, dan juga kecepatan angin. Menurutnya, bila kecepatan angin melebihi 12 knot, maka itu warning bagi tim untuk berhenti dahulu.

Matahari masih terhalang awan putih yang merata di langit Jakarta, namun cahaya peraknya mulai menyelinap di sela awan tipis yang perlahan bergerak meninggalkan sisi lain masjid yang tegak berdiri di atas reruntuhan benteng Belanda tersebut.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement