Senin 13 Feb 2017 13:39 WIB

Perjuangan Salman Mencari dan Merawat Hidayah

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk sampai ke Arab, Salman menumpang rombongan dagang dari kabilah Kalb. Sebagai imbalan, Salman memberikan ternak terbaiknya kepada mereka. Di luar dugaan, kafilah ini mengkhianati Salman sehingga ia dijual sebagai budak kepada seorang Yahudi di Wadi al-Qura.

Sang majikan membawa rombongan, termasuk Salman, memasuki Madinah. Kota tersebut memang dikenal lantaran kebun-kebun kurmanya, sehingga Salman yakin telah tiba di tujuan. Dalam status sebagai budak itu, Salman tak sengaja mendengar kabar ihwal seorang pria yang ciri-cirinya telah disebutkan sang uskup saleh.

Demi Allah, ketika aku mendengar berita itu, aku langsung gemetar. Aku pun segera turun dan bertanya, 'Berita apa yang Anda bawa?' Langsung majikanku menamparku dan berseru, 'Apa urusanmu!? Lanjutkan pekerjaanmu! Diam-diam, menjelang malam Salman melarikan diri. Dengan bekal makanan seadanya, Salman melangkahkan kaki ke Quba. Sebab, Nabi SAW dikabarkan sedang ada di sana. Maka bertemulah Salman dengan sosok yang amat dinantikannya itu.

Salman mengenalkan diri kepada majelis Rasulullah SAW dan para sahabat. Ia memberikan bekal makanannya sebagai sedekah kepada mereka. Para sahabat menerima sedekah dari Salman itu, sedangkan Nabi tidak. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri yang dituturkan sang uskup sebelumnya.

Beberapa hari kemudian, Salman masih membuntuti Nabi SAW. Saat itu, ada prosesi pemakaman seorang Muslim. Salman diam-diam mengikuti dari belakang lantaran ingin melihat punggung Nabi. Beliau pun menyadari maksud perangai Salman ini, sehingga Nabi sengaja melepaskan beberapa lapisan kain dari punggungnya. Maka nyatalah tanda kenabian pada tubuh Rasulullah. Segera, Salman menghampiri dan memeluk Nabi.

Pria Persia itu pun menceritakan kisah perjalanannya kepada Rasulullah. Usai acara pemakaman, para sahabat ikut mendengarkan dan begitu terharu dengan perjuangan Salman mencari kebenaran.

Lalu, Rasulullah bersabda kepadaku, 'Wahai Salman, bebaskanlah dirimu dengan cara membayar tebusan.' Aku pun mengadakan perjanjian dengan majikanku, sehingga aku diharuskan menanam 300 pohon kurma di al-Faqir dan membayar 40 uqiyahemas, kenang Salman. Para sahabat Nabi pun ikut membantu pembebasan Salman dari status budak belian. Bahkan, tangan Rasulullah sendiri ikut menanam benih kurma sebagai tebusan tersebut.

Dengan demikian, aku telah melunasi hak majikanku dan aku pun merdeka. Setelah itu, aku mengikuti Perang Khandaq (Perang Parit) bersama Rasulullah sebagai orang merdeka. Dan aku tidak pernah sekali pun terluputkan peperangan bersama beliau, kata Salman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement