REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI akan membuat standardisasi kurikulum pesantren. Kemenag pun diingatkan agar standardisasi kurikulum pesantren diterapkan secara hati-hati dan tidak mengubah keunikan pesantren.
Cendikiawan Muslim sekaligus Pakar Pendidikan Islam, Adian Husaini mengatakan, sebelum negera Indonesia merdeka, pesantren sudah ada. Pesantren sudah ada ratusan tahun yang lalu. Bahkan, pesantren-pesantren besar sudah ratusan tahun bertahan sampai sekarang.
"Bertahan ratusan tahun dengan keunikan dan keunggulan serta kemandirian," kata Adian kepada Republika.co.id, Kamis (9/2).
Ia menerangkan, yang terpenting jangan sampai standarisasi kurikulum pesantren mengurangi kemerdekaan dan kemandirian pesantren. Karena, letak keunikan pesantren ada pada kemandirian dan kemerdekaannya. Bukti dari kemandiriannya, mereka bisa bertahan ratusan tahun sampai sekarang.
Dijelaskan dia, intinya standarisasi kurikulum pesantren tidak memaksakan satu standar untuk semua jenis pesantren dan santri. Jika standarisasi kurikulum pesantren mengikat semua pesantren untuk patuh sesuai ketentuan kurikulum yang seragam, maka akan mengubah pesantren.
"Justru akan merusak dari keunikan dan keunggulan dari sistem pesantren," ujarnya.
Dikatakan dia, untuk mencari ilmu di pesantren yang penting adalah keikhlasan dan kesungguan. Kalau ada standarisasi kurikulum dikhawatirkan akan mempengaruhi keihklasan. Orang-orang zaman dulu masuk pesantren niatnya betul-betul untuk mencari ilmu, jadi manusia yang baik dan berdakwah.
"Istilah kiai Gontor, atasannya kiai itu Allah, jangan nanti pesantren menjadi bawahannya Kemenag," ujarnya.
Ia menegaskan, di sisi lain Kemenag tetap harus memberikan dukungan dan bantuan. Terutama dari sisi fasilitas pesantren. Sebab, banyak sekali pesantren yang sarana dan prasarana belum baik. Persoalan sarana dan prasarana bisa ditingkatkan dengan bantuan Kemenag.
Kemudian, Kemenag juga bisa membantu dari segi pembinaan dalam hal-hal tertentu. Misalnya Kemenag membantu untuk metodologi penelitian pesantren. Supaya santri-santrinya terlatih. Contoh lainnya, membantu memberikan pelatihan tulis menulis. Kemenag bisa membagi informasi dari satu pesantren ke pesantren yang lain. Menyampaikan keunikan dan keunggulan setiap pesantren.