Kamis 02 Feb 2017 17:36 WIB

Mukenanya Disobek, Farissa Tetap Memilih Islam

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: courtesy onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Hidayah datang kapan saja dan dari mana saja atas izin Allah SWT. Farisa misalnya, lahir dari keluarga Nasrani yang taat.

Tak ada garis keturunan Muslim dari keluarganya. Namun, interaksi dengan komunitas Muslim membuatnya sedikit tahu tentang Islam dan Muslim. Salah satunya, ucapan salam yang diajarkan dalam Islam.

Sayangnya, pengetahuannya tentang Islam dan Muslim tak disukai keluarganya. Suatu ketika, ada teman Farissa menghubunginya dengan mengucapkan salam. Kebetulan ayah Farissa yang mengangkat telepon itu.

“Bapak saya sangat marah, sampai melempar bangku bambu ke punggung saya karena saya bergaul dengan teman Muslim. saya kesakitan dan sesak,” katanya mengenang, saat berbincang dengan Republika.co.id belum lama ini.

Farissa sempat bertanya-tanya terkait reaksi bapaknya tersebut. Terlebih ketika ia mulai dilarang bergaul dengan temanya yang Muslim.

Tahun 2002 Farissa kuliah di Medan, sementara keluarganya di Jakarta. Jauh dari keluarga Farissa manfaatkan sebagai kesempatan emas untuk mencari tahu tentang agama Islam lebih dalam.

Semester awal Farissa yang beragama nasrani mengambil mata kuliah agama Islam, saat ujian nilai Farissa mendapat nilai E hingga dia dipanggil oleh dosennya, menurut dosennya tidak pantas umat beragama dapat nilai E.

Tapi saat dijelaskan bahwa Farissa beragama Nasrani dan sengaja mengambil mata kuliah agama Islam karena Farissa ingin mengetahui ilmu agama Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement