Selama ini ‘maqam’ keberadaan Bonek terpilah-pilah menurut stratanya. Inilah yang barangkali banyak kalangan awam acap kali menyamaratakan keberadaan Bonek yang (tidak) sesungguhnya. Pemilahan maqam Bonek tersebut boleh dikatakan seperti pemilahan strata sosial di tengah masyarakat; ada bonek kalangan atas, menengah, dan tentu ada Bonek grassroot.
Dari strata inilah Bonek lalu memiliki tiga aura ketika tampil di tengah khalayak. Pertama dari kalangan atas –yang terdiri dari orang-orang ‘dewasa’ berpendidikan, seperti para birokrat lokal, pebisnis, dan para mahasiswa.
Kemudian kedua dari kalangan menengah yang terbanyak adalah masyarakat yang tinggal di belahan kota –Arek embongan. Seterusnya kalangan bawah adalah warga yang masih seusia SMA, mereka tinggal di kampung-kampung Kota Surabaya dan sekitarnya.
Kini, persisnya Februari 2017 bonek bakal kembali menggelegarkan dunia persepakbolaan nasional. Ini, tentunya seiring dengan kembalinya Persebaya untuk bisa tampil lagi di kancah Indonesia Super League (ISL) –Persebaya cukup lama ‘tidur’ lelap karena politisasi di tubuh PSSI.
Yang sangat menarik dan mampu menyedot perhatian umum, khususnya umat Islam bahwa belakangan muncul jargon; “Bonek siap berjihad”. Beberapa portal mem-viral-kan tentang Bonek yang menyatakan siap membela Islam, membela ulama, dan siap berjihad demi kesatuan dan persatuan NKRI.
Tentu semangat para Bonekmania itu sangat terkait dengan aksi superdamai 212 dan kembalinya Persebaya untuk tampil di ISL. Mengapa Bonek juga ikut mendukung aksi superdamai 212? Itulah Bonek yang juga manusia, itulah Bonek juga taat beragama dan tentu Bonek (masih terus) sebagai suporter lazim, yakni suporter sebuah kesebelasan. Lumrah dan kaprah kan?
*Muhammad Anis Fathoni, Jurnalis senior dan penulis buku soal Surabaya dan Bonek.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
