REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al-Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para geografer Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu, muncullah istilah mil untuk mengukur jarak. Sedangkan, orang Yunani menggunakan istilah stadion.
Upaya dan kerja keras para geografer Muslim itu berbuah manis. Umat Islam pun mampu menghitung volume dan keliling bumi. Berbekal keberhasilan itu, Khalifah al-Ma’mun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Adalah Musa al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya yang mampu membuat peta globe pertama pada 830 M.
Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi yang berjudul Surah Al-Ard(Morfologi Bumi), sebuah koreksi terhadap karya Ptolemaeus. Kitab itu menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni.
Sejak saat itu, geografi Islam pun berkembang pesat. Sejumlah geografer Muslim berhasil melakukan terobosan dan penemuan penting. Pada awal abad ke- 10 M, secara khusus Abu Zayd al-Balkhi yang berasal dari Balkh mendirikan sekolah di Kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
Sementara pada abad ke-11 M, seorang geografer termasyhur dari Spanyol, Abu Ubaid al-Bakri berhasil menulis kitab di bidang geografi, yakni Mu’jam Al- Ista’jam( Eksiklopedi Geografi) dan Al-Masalik wa Al- Mamalik( Jalan dan Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab, sedangkan yang kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.
Pada abad ke-12, geografer Muslim Muhammad al- Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir di Ceuta, Spanyol, itu juga menulis kitab geografi berjudul Kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak ( Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini begitu berpengaruh sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Geographia Nubiensis.
Seabad kemudian, dua geografer Muslim, yakni Qutubuddin asy-Syirazi (1236 M-1311 M) dan Yaqut al-Humawi (1179 M-1229 M), berhasil melakukan terobosan baru. Qutubuddin mampu membuat peta Laut Tengah yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan, Yaqut menulis enam jilid ensiklopedi bertajuk Mu’jam Al-Buldan( Ensiklopedi Negerinegeri). Dengan menguasai geografi, umat Islam mampu menggenggam dunia pada abad pertengahan.