REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mendorong umatnya untuk membuka pikiran dan cakrawala. Allah SWT berfirman, “Sungguh telah berlaku sunah Allah (hukum Allah), maka berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi dan lihatlah bagaimana akibat (perbuatan) orang-orang yang mendustakan ayatayat- Nya.’’ (QS Ali Imran: 137).
Firman Allah ini telah melecut semangat umat Islam pada abad-abad pertama untuk melakukan ekspansi serta ekspedisi. Selain dilandasi faktor ideologi dan politik, ekspansi umat Islam didorong pula oleh insentif perdagangan yang menguntungkan.
Sejak abad ke-8 M, kawasan Mediterania telah menjadi jalur utama Muslim. Jalur-jalur laut dan darat yang sangat sering digunakan pada masa itu akhirnya menghubungkan seluruh wilayah Muslim yang berkembang hingga India, Asia Tenggara, dan Cina, lalu meluas ke utara dari Sungai Volga hingga Skandinavia dan menjangkau jauh ke pedalaman Afrika.
Ekspansi dan ekspedisi pada abad-abad itu mendorong para cendekiawan dan penjelajah Muslim untuk mengembangkan geografi atau ilmu bumi. Perkembangan geografi yang ditandai dengan ditemukannya peta dunia serta jalur-jalur perjalanan di dunia Muslim itu ditopang sejumlah faktor pendukung.
Perkembangan astronomi Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab, dan mening katnya ekspansi perdagangan serta kewajiban menu naikan ibadah haji merupakan sejumlah faktor yang mendukung berkembangnya geografi di dunia Islam.
Ketertarikan umat Muslim terhadap geografi diawali dengan kegandrungan atas astronomi. Perkembangan di bidang astronomi itu perlahan tapi pasti mulai membawa para sarjana untuk menggeluti ilmu bumi. Umat Islam mulai tertarik mempelajari peta yang dibuat bangsa Yunani dan Romawi. Beberapa naskah penting dari Yunani yang diterjemahkan, di antaranya Almagestdan Geographia.
(Baca: Peta Dalam Sejarah Islam dan Dunia)