Oleh: Abdul Syukur
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat, "Menurut kalian, keimanan siapa yang paling menakjubkan di antara makhluk Allah?" Para sahabat menjawab, "Para Malaikat!" Rasulullah menyanggah, "Bagaimana mereka tidak beriman, sementara mereka bersama Tuhan mereka?"
Para sahabat menjawab lagi, "Para nabi!" Rasulullah bersabda, "Bagaimana mereka tidak beriman, sementara wahyu turun kepada mereka?" Para sahabat menjawab lagi, "Kalau begitu keimanan kami!" Rasulullah membantah lagi, "Bagaimana kalian tidak beriman, sementara aku bersama kalian?"
Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan, "Ingatlah, sesungguhnya keimanan makhluk yang paling menakjubkan menurutku adalah keimanan suatu kaum yang muncul setelah kalian, mereka menemukan Alquran dan percaya dengan apa yang ada di dalamnya." (HR Abu Ya'la dalam kitab musnad-nya dan Imam al-Hakim dalam mustadrak-nya).
Dari dialog antara Rasulullah dengan para sahabat di atas ada dua sudut pandang dalam menilai keimanan makhluk Allah. Para sahabat menganggap keimanan yang paling menakjubkan adalah keimanan yang memiliki kualitas paling tinggi, yakni keimanan para malaikat. Sebab, para malaikat tidak ada yang durhaka kepada Allah SWT. Sejak diciptakan, mereka tidak pernah durhaka kepada Allah, tidak pernah melanggar perintah-perintah Allah yang diperintahkan kepada mereka, dan selalu melaksanakan semua yang diperintahkan kepada mereka. (QS Al Tahrim [66]: 6).
Begitu pula dengan para nabi, tak sedikit pun mereka ragu akan keesaan Allah, kemahakuasaan Allah, dan semua sifat-sifat wajib yang dinisbatkan kepada-Nya. Para nabi meyakini semua itu karena mereka mendapatkan wahyu langsung dari Allah SWT, bahkan mereka dapat membuktikan keyakinannya itu dengan bukti-bukti nyata berupa mukjizat.
Sama halnya dengan para sahabat yang bisa melihat langsung bukti-bukti nyata kerasulan seorang utusan, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. Para sahabat itu bisa meminta bukti langsung tentang keberadaan Allah kepada Nabi Muhammad, bisa juga meminta ditunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan lain sebagainya.
Sementara, keimanan yang menakjubkan bagi Rasulullah SAW adalah keimanan dilihat dari sudut pandang alasan dan sebab bagaimana seseorang bisa tetap beriman sedangkan sarana untuk beriman sangat terbatas.
Orang-orang mukmin seperti kita yang hidup setelah masa Rasulullah, tidak bersama Allah sebagaimana para malaikat tetapi kita harus percaya bahwa kita selalu merasa bersama Allah. Kita juga tidak mendapatkan wahyu dari Allah sebagaimana para nabi, tetapi kita harus percaya kepada Allah atas semua yang diturunkan kepada para nabi.
Kita juga tidak bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sebagaimana para sahabat, tetapi kita harus percaya kepada semua yang dibawa oleh beliau, terutama kitab suci Alquran, meski kita tidak melihat mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada beliau SAW.
Semoga kita bisa merawat dan meruwat keimanan kita agar tetap menjadi iman yang menakjubkan bagi Rasulullah SAW. Amin.