Senin 23 Jan 2017 08:34 WIB

Yunan Nasution, Syahrir, HAMKA: Kisah dalam Penjara Era Sukarno

Orang-orang yang pernah dipenjara Sukarno. Dari kiri ke kanan: Mochtar Lubis, M Yunan Nasution, HJ Princen, K.H. Isa Anshary, E.Z. Muttaqien, dan (?) di penjara Jl Keagungan, Jakarta.
Foto:
Orang-orang yang pernah dipenjara Sukarno. Dari kiri ke kanan: Mochtar Lubis, M Yunan Nasution, HJ Princen, K.H. Isa Anshary, E.Z. Muttaqien, dan (?) di penjara Jl Keagungan, Jakarta.

Sesudah hampir empat bulan di Mess CPM, pada 7 April 1962, Yunan dipindahkan ke rumah tahanan militer (RTM) di Jalan Budi Utomo, Jakarta. Di RTM, Yunan disekap selama delapan bulan.

Di RTM ada suatu ruangan besar yang khusus dijadikan tempat kegiatan keagamaan. Tempat itu dijadikan masjid untuk shalat berjamaah terutama Maghrib, Isya, dan Subuh. Shalat Jumat juga dilaksanakan di tempat tersebut. Kadang-kadang datang juga guru-guru agama dari Pusat Rohani (Pusroh) TNI Angkatan Darat.

Peringatan hari-hari besar keagamaan seperti maulid, isra mi'raj, shalat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan di lapangan tenis dengan penceramah, imam, dan khatib dari Pusroh TNI-AD.

Di peringatan maulid tahun 1962, Pusroh TNI-AD mengirim mubaligh yang sudah sangat dikenal oleh Yunan, HAMKA.

Menurut cerita HAMKA kepada Yunan, saat Pusroh TNI-AD memintanya menjadi mubaligh dalam peringatan maulid Nabi di RTM, tanpa berpikir dua kali, HAMKA langsung menyatakan bersedia.

"Malah pucuk dicinta ulam tiba," ujar HAMKA dalam hati.

Dalam ceramah maulid Nabi di RTM itu, HAMKA bercerita tentang perjuangan Ibnu Taimiyah yang terpaksa meringkuk dalam tahanan selama lebih dari tujuh tahun lantaran mempertahankan cita-cita dan keyakinannya. Di dalam penjara, Taimiyah terus menerus menuangkan pemikirannya sehingga setelah bebas dari penjara terbitlah buku-bukunya yang ditulis selama masa uzlah itu.

Sesudah selesai peringatan maulid pada malam itu, Yunan dan kawan-kawan penghuni RTM mengantar HAMKA sampai di pintu bui bagian depan. Secara berkelakar, Yunan berkata kepada HAMKA, kawan lama sesama pengasuh Panji Islam pada tahun 1930-an. "Di sini sajalah bermalam, Bung HAMKA." 
HAMKA menjawab seraya tersenyum: "Lain kali sajalah."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement